PROFICIAT PATER THEO WOI SOLI, CMF: TUA MUZI DARI NAPU TUA BOAMUZI
Oleh: RD. Stefanus Wolo Itu
HARI itu Jumat tanggal 24 Oktober 2025. Bertempat di Gereja Paroki Pu’urere Ende. Uskup Agung Ende Mgr. Paulus Budi Kleden SVD menahbiskan tujuh diakon menjadi imam Tuhan. Ketujuh pemuda ganteng itu berasal dari Ordo Claretian.
Ordo Claretian didirikan pada tanggal 16 Juli 1849 di Barcelona, Catalonia Spanyol oleh P. Antonio Maria Claret, Esteban Sala dan José Xifre. Saat ini berusia 176 tahun. 26 tahun lebih tua dari konggregasi SVD.
Claretian memiliki nama resmi: Congregatio Missionariorum Filiorum Immaculati Cordis Beatae Mariae Virginis dan disingkat CMF. Terjemahan dalam bahasa Indonesia: Konggregasi Putera-Putera Misionaris Hati Tak Bernoda Perawan Maria Yang Terberkati.
Mereka bermisi di lima benua. Kurang lebih 70 negara. Saat ini imam dan bruder Claretian berjumlah 3000 an. Ordo Claretian memiliki devosi khusus kepada hati Maria yang tak bernoda. Para anggotanya banyak menulis tentang Mariologi.
Salah satu diakon yang ditahbiskan hari itu adalah Theofllus Woi Soli. Theo kelahiran Kampung Boamuzi/Hedhamo-Rowa Paroki Gako, Kecamatan Boawae Nagekeo Flores. Saya juga kelahiran Kampung Boamuzi. Saya coba menghitung jarak tempat tali pusat kami berdua digantung, hanya sekitar 160 an meter.
Saya kelahiran 1967. Theo kelahiran 1995. Beda usia kami 28 tahun. Saya ditahbiskan tahun 1997. Theo ditahbiskan tahun 2025. Beda usia imamat kami 28 tahun. Theo baru berusia dua tahun ketika saya ditahbiskan dan misa syukur sederhana di Boamuzi September 1997.
Boamuzi dulu kampung kecil dan sederhana. Kini sudah berkembang pesat. Mereka mengikuti derap kemajuan dan irama hidup moderen. Saya dan Theo bangga sebagai orang Boamuzi. Jaman dan waktu kami berbeda. Tapi Kampung Boamuzi tetap merupakan tempat pertama sekolah kehidupan kami. Kampung Boamuzi menjadi Oase perjumpaan dengan banyak orang.
Di Boamuzi tangisan pertama kami didengar. Di sana kami belajar tertawa, berbicara, merangkak, berjalan dan berlari. Di sana kami mengalami masa kecil penuh sukacita. Meski waktu, situasi dan perjumpaan dengan wajah-wajah berbeda.
Saya coba melacak turunan kami. Saya dan Theo sebenarnya masih memiliki hubungan darah. Theo menyapa saya bapak. Theo anak dari Rafael Gabhe. Rafael Gabhe anak dari mama Mawo Wea. Mama Mawo Wea anak dari WOI SOLI. Woi Soli bersaudara Dona Soli, ayah dari amekae Radho Soli, Pere Soli dan Mawo Soli. Dona Soli dan Woi Soli adalah anak-anak dari Legu Bhoko.














