Timika,papuaglobalnews.com –  Pelaksanaan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik II Provinsi Papua Tengah dengan Kabupaten Mimika sebagai tuan rumah menjadi ruang dialog konstruktif antarumat beragama. Karena selama Pesparani berlangsung melibatkan semua pihak termasuk umat beragama yakni Islam, Kristen, Hindu dan Budha.

“Saya sendiri merasakan kesan itu sejak tiba di Bandara Mozes Kilangin. Saya terkejut yang melayani berbagai tamu yang datang bukan saja umat Katolik tetapi melibatkan semua agama dari berbagai kepercayaan di Papua Tengah,” ujar RD. Hans Jeharut, Ketua I Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Paskah Nasional (LP3KN) yang membawahi Bidang Penyelenggara dan Humas (Hubungan Masyarakat) untuk periode kepengurusan 2023-2027 dalam sambutan pada penutupan Pesparani II Papua Tengah di GOR Futsal SP5, Sabtu malam 6 Desember 2025.

Hans mengungkapkan apa yang dilakukan ini sesuai dengan permintaan Paus Leo ke XIV, supaya setiap orang katolik membudayakan perjumpaan.

“Kita dipanggil bukan mendirikan tembok tetapi jembatan yang bisa menghubungkan satu sama lain, melepas berbagai macam perbedaan, ideologi dan politik,” ujarnya.

Selain itu, RD. Hans menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta Pesparani II atas talenta dan semangat serta dedikasi yang sudah ditampilkan.

“Kalian adalah pewaris dan pelaku seumur hidup liturgi gereja dan masa depan iman Katolik,” katanya.

Ia menegaskan kesuksesan  ini menjadi milik bersama dan kebanggaan sama saudara lintas agama.

Pesparani ini bukanlah sekedar kompetisi. Ia adalah memuji Tuhan dan lantunan syukur agung. Dimana setiap melodi dan harmoni yang berkembang adalah pujian yang mengisi ruang dan waktu.

“Ia adalah doa bersama yang dinyanyikan mempersatukan kita dalam satu iman, satu pengharapan dan kasih di tanah Papua Tengah yang kaya raya ini,” ungkapnya.

Dikatakan, Pesparani menunjukan wajahnya yang paling indah.

“Kita menyaksikan dan mendengar bagaimana lagu-lagu gerejawi berpadu secara luhur dengan gerakan tifa alat musik tradisional kita dan budaya kita di tempat ini. Ini membuktikan iman katolik tidak mematikan budaya justru menghidupkan, menguduskan dan memberi makna baru,” paparnya.

Iman menjadi perhatian dan budaya menjadi puncak ekspresinya dalam pujian kepada sang pencipta.

Hans memberikan hormat setinggi-tingginya kepada Pemerintah Provinsi Papua Tengah dan kepada seluruh umat beragama meskipun berbeda dalam iman tetapi satu dalam kemanusiaan.

“Dialog tidak hanya antara kita tetapi antargenerasi. Pemerintah Provinsi Papua Tengah dan kabupaten telah menunjukan dialog yang baik antar agama sebagai sesama anak bangsa,” pujinya.

Hans juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi untuk Kementerian Agama RI yang telah memberikan ruang dan kesempatan bagi umat Katolik berekspresi dalam lantunan nyanyian dan musik liturgi.

Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) ini, mengucapkan terima kasih kepada Uskup Timika Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA, Gubernur Papua Tengah, para bupati dan tokoh lintas agama dan panitia yang sudah memberikan dukungan, kerja keras dan fasilitas menyukseskan seluruh rangkaian acara ini. Ini menjadi contoh konkrit dalam mendukung membina iman umat beragama sekaligus melestarikan budaya dan memajukan inkulturasi liturgi.

Ia berharap penutupan Pesparani ini bukan menjadi akhir tetapi sebagai titik awal mengembangkan musik liturgi yang berkualitas dan berakar pada adat dan budaya. Menjadi titik awal perjumpaan dan dialog yang telah dibangun dan terus dirawat untuk mewartakan suka cita injil melalui seni suara dan memperkuat persaudaran sebagai anak-anak bangsa. **