Pesparani II Papua Tengah Menjadi Ruang Dialog Konstruktif Antarumat Beragama
Dikatakan, Pesparani menunjukan wajahnya yang paling indah.
“Kita menyaksikan dan mendengar bagaimana lagu-lagu gerejawi berpadu secara luhur dengan gerakan tifa alat musik tradisional kita dan budaya kita di tempat ini. Ini membuktikan iman katolik tidak mematikan budaya justru menghidupkan, menguduskan dan memberi makna baru,” paparnya.
Iman menjadi perhatian dan budaya menjadi puncak ekspresinya dalam pujian kepada sang pencipta.
Hans memberikan hormat setinggi-tingginya kepada Pemerintah Provinsi Papua Tengah dan kepada seluruh umat beragama meskipun berbeda dalam iman tetapi satu dalam kemanusiaan.
“Dialog tidak hanya antara kita tetapi antargenerasi. Pemerintah Provinsi Papua Tengah dan kabupaten telah menunjukan dialog yang baik antar agama sebagai sesama anak bangsa,” pujinya.
Hans juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi untuk Kementerian Agama RI yang telah memberikan ruang dan kesempatan bagi umat Katolik berekspresi dalam lantunan nyanyian dan musik liturgi.
Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) ini, mengucapkan terima kasih kepada Uskup Timika Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA, Gubernur Papua Tengah, para bupati dan tokoh lintas agama dan panitia yang sudah memberikan dukungan, kerja keras dan fasilitas menyukseskan seluruh rangkaian acara ini. Ini menjadi contoh konkrit dalam mendukung membina iman umat beragama sekaligus melestarikan budaya dan memajukan inkulturasi liturgi.
Ia berharap penutupan Pesparani ini bukan menjadi akhir tetapi sebagai titik awal mengembangkan musik liturgi yang berkualitas dan berakar pada adat dan budaya. Menjadi titik awal perjumpaan dan dialog yang telah dibangun dan terus dirawat untuk mewartakan suka cita injil melalui seni suara dan memperkuat persaudaran sebagai anak-anak bangsa. **

































