Sedangkan faktor psikologis, seseorang yang sudah terkena sakit mental jalan satu-satunya dengan memberikan pengobatan secara teratur guna menyeimbangkan saraf otak. Selain itu, sesorang harus bisa mengenali diri sendiri seperti apa. Belajar mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri dan menerima diri apa adanya. Belajar untuk memvalidasi emosi secara baik.

Ia mengungkapkan emosi itu ada yang negatif dan positif. Sesorang harus belajar menerima emosi negatif yang dimiliki. Misalnya mudah marah, tersinggung dan sedih. Dengan sudah mengenali diri sendiri akan jauh lebih mudah mengendalikan atau mengatur emosi negatif. Ini bertujuan supaya hidup lebih nyaman, mampu berinteraksi dengan orang lain.

Tips lainnya, belajar menyelesaikan persoalan dengan cara-cara yang baik, ramah, menghadapi suasana yang kurang sesuai secara spontan dengan bisa mengendalikan untuk tidak mudah reaktif.

Kemudikan dari aspek lingkungan, baik dalam rumah maupun di luar rumah, sangat penting melatih membangun pola komunikasi yang baik dengan orangtua, anak termasuk dengan masyarakat di lingkungan.

“Berhenti marah-marah apapun tujuan meskipun itu maksudnya baik,” sarannya.

Ia mengakui banyak pasien OGDJ dan pasien konsultasi kesehatan jiwa yang datang mendapat layanan psikologis menunjukan tingkat kesadaran masyarakat Mimika mulai bertumbuh kearah yang baik.

“Mereka datang konsultasi dan setelah diaglosa hasilnya memang tidak ada gejala sakit jiwa. Ini karena mereka merasa kuatir akan dirinya, kemungkinan ada gangguan tertentu sehingga masyarakat dengan sadar datang berkonsultasi,” ujarnya.

Ia mengatakan semakin tinggi respons masyarakat terhadap layanan kesehatan jiwa mencerminkan tingkat kesadaran warga sudah semakin baik akan pentingnya mengantisipasi kemungkinan sakit mental. Jika diketahui lebih awal dapat diintervensi oleh dokter dengan minum obat. **