Timika,papuaglobalnews.com – Sinode Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Wilayah II Papua Tengah yang berlangsung dari tanggal 26 sampai 28 Agustus 2025 sukses melaksanakan Rapat Kerja (Raker) III.

Rapat yang berlangsung disalah satu hotel di Timika dihadiri 28 klasis tersebar diempat kabupaten yakni Intan Jaya, Puncak Papua, Mimika dan Puncak Jaya di Papua Tengah  dihadiri Misi SEMA dan 12 orang perwakilan Misi Yayasan Masyarakat Pedalaman (MYMP). Hadir juga para tokoh kaum profesi GKII se Tanah Papua, Wakil Bupati Intan Jaya.

Pendeta Dr. Hansk Wakerkwa, M.Si selaku Ketua Sinode mengemukakan dalam rapat-rapat yang dilaksanakan lebih pada penguatan kapasitas hamba Tuhan dan seminar-seminar karena masyarakat atau umat GKII berada di wilayah-wilayah konflik.

Ia menyebutkan Jemaat GKII tersebar di 12 klasis di Kabupaten Intan Jaya, 11 klasis di Puncak Papua dan dua klasis di Puncak Jaya dan empat klasis di Kabupate Mimika.

Hansk mengakui kondisi jemaatnya kini hidup dalam keadaan tidak baik-baik saja, sehingga lewat Raker III Sinode wilayah II Papua Tengah menjadi momen sangat tepat memberikan penguatan, motivasi untuk terus berkarya meskipun menghadapi kondisi sulit dimedan pelayanan.

Hansk mengakui dalam Raker III Sinode GKII Wilayah II Papua Tengah ada suatu semangat dan harapan baru bagi hamba-hamba Tuhan yang berkarya di wilayah konflik.

Ia menambahkan dalam kegiatan ini mengevaluasi pelayanan yang sudah berjalan selama setahun. Khusus pelayanan di wilayah-wilayah konflik didorong tetap semangat dan ditingkatkan secara khusus pendampingan oleh pengurus klasis bergandengan tangan bersama Sinode dalam mendampingi pengungsian yang mengalami trauma, intimidasi oleh berbagai pihak.

Pendampingan itu penting karena di daerah konflik jemaatnya benar-benar menjadi korban. Atas situasi ini GKII telah melakukan karya pelayanan pendampingan hampir selama tiga tahun. Pelayanan itu tetap berjalan melalui seminar-seminar dan pendampingan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR).

Kemudian lanjut Hansk, salah satu program prioritas Sinode pembangunan Kantor Pusat GKII wilayah II Papua Tengah di Jalan Mayon Timika.

Ia juga bersyukur saat ini pembangunan Aula GKII ukuran 30 x 50 meter persegi sudah 60 persen yang diharapkan rampung pada tahun 2025 ini.

Seluruh biaya masih ditanggung oleh jemaat sendiri, selain mendapat bantuan senilai Rp1 miliar dari YPMAK. Sedangkan perhatian dari pemerintah hingga kini belum ada sama sekali. Bantuan YPMAK ini sangat membantu meringankan beban jemaat dalam melancarkan pembangunan aula tersebut.

“Kami berterima kasih kepada pimpinan YPMAK beserta stafnya yang sangat mensuppor kami,” katanya.

Selain aula, Hansk menambahkan Sinode akan membangun Kantor Pusat Sinode GKII Wilayah II Papua Tengah di Timika pada tahun 2026.

“Ini semua menjadi harapan dan doa kami supaya dapat terwujud. Kami badan pengurus Sinode berkomitmen ini menjadi hal prioritas,” katanya kepada papuaglobalnews.com di ruang kerjanya, Senin 1 September 2025.

Ia menegaskan dengan dibangunnya aula ukuran 30×50 meter persegi dan Kantor Pusat GKII ukuran 20×30 meter persegi nanti mendukung peningkatan pelayanan iman umat secara spiritual tetap berjalan seiring dengan pembangunan fisiknya. Aula yang dibangun multi fungsi. Dalam Sinode II ini juga membangun TV GKIINews Lokal dengan lokasinya di Timika.

Menyukseskan semua program yang sudah dirancang, Hansk sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak terutama jemaat di empat kabupaten di Papua Tengah serta paling utama kaum profesi diberbagai sektor baik di perusahaan, pemerintahan, lembaga legislatif, pengusaha dan lain-lain.

Ia mengungkapkan semua pembangunan fisik aula, kantor pusat dan gereja besar GKII dibangun di Timika menjadi pusat dalam pelayanan iman kepada semua jemaat GKII yang tersebar di Papua Tengah.

Hansk menyadari situasi Papua Tengah tidak baik-baik saja. Namun tidak perlu menjadikan hal itu sebagai sesuatu yang serius dan akhirnya  melihat sebagai masalah. Tetapi segala sesuatu yang bersifat positif harus tetap dikerjakan agar pikiran negatif dan konflik yang sedang terjadi untuk sama-sama menghadapinya dengan kepala dingin dan hati yang jernih.

Sebagai hamba Tuhan kata Hansk, harus mampu mengarahkan jemaat jangan terpancing dengan isu dan situasi yang dihadapi melainkan tetap bersama-sama menjaga keamanan. **