Prihatin Kasus Pelanggaran Ham Berat di Papua, Tokoh Intelektual Puncak Minta Pemerintah Tarik Pasukan Militer
Banyaknya warga mengungsi dan jatuh korban, Nelson mengharapkan pemerintah untuk menarik semua pasukan militer yang ada di Puncak dan Intan Jaya atau Papua umumnya.
Menurutnya, hadirnya militer yang masif di tengah masyarakat akar rumput, di lingkungan pemerintah, gereja, sekolah, kesehatan dilengkapi senjata membuat mereka kehilangan rasa damai dan tenang.
“Kita harap masukan-masukan yang disampaikan ini bisa didengar para pengambil kebijakan untuk kepentingan rasa aman, damai masyarakat pribumi,” harapnya.
Di tempat yang sama, Yerry Elas merasa prihatin dengan situasai keamanan di Puncak dan Intan Jaya yang saat ini dialami oleh ribuan masyarakat terpaksa mengungsi di tempat-tempat yang aman.
Menurut Yerry sumber akar permasalahan yang terjadinya konflik di Puncak dan Intan Jaya termasuk di Papua umumnya karena kehadiran militer yang terlalu masif dan semua bidang dikuasai oleh TNI.
“Di bidang pendidikan, kesehatan, di gereja dan pembangunan dikuasai oleh militer. Jadi semua hak-hak dasar masyarakat pribumi dikuasai. Ini jadi sumber munculnya ketidakadilan dan tidak rasa aman,” sesalnya.
Yerry mengharapkan presiden menarik kembali pasukan militer maupun non organik di wilayah tanah Papua, lebih khusus di daerah rawan konflik.
Sebagai putra Puncak menolak pemerintah membangun Papua dengan pendekatan militerisasi, tetapi dengan pendekatan humanism atau kemanusiaan. Jika kedepankan pendekatan militerisasi bukan solusi menyelesaikan konflik tetapi membuat persoalan semakin panjang. **