Altruisme Pemimpin: Keberpihakan Nyata bagi Amungme dan Kamoro (Refleksi HUT Kabupaten Mimika ke-29)
Oleh: Laurens Minipko
HUT dan Makna Altruis
OKTOBER ini Kabupaten Mimika merayakan usia ke-29. Sejak berdiri pada 8 Oktober 1996, Mimika tumbuh pesat sebagai salah satu pusat ekonomi di Papua Tengah. Jalan raya dibangun, kantor pemerintahan berdiri, dan pusat-pusat ekonomi semakin ramai.
Namun, di balik gegap gempita pembangunan, ada pertanyaan moral yang harus kita renungkan pada usi ke-29 ini. Apakah Mimika sudah menjadi rumah yang adil bagi semua, terutama bagi Amungme dan Kamoro?
Untuk menjawabnya, kita bisa memakai lensa altruisme, yaitu mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Inilah nilai yang seharusnya mewarnai hubungan sosial, ekonomi, dan politik di Mimika.
HUT 29: Saatnya Mayoritas Mengulurkan Tangan
Sejak awal, Amungme dan Kamoro adalah tuan rumah tanah ini. Namun dalam arus migrasi besar, posisi mereka sering bergeser ke pinggir. Saat perayaan HUT ke-29, seharusnya kita tidak hanya merayakan keberhasilan pembangunan, tetapi juga bertanya: Apakah pembangunan ini sudah altruis-mengutamakan yang lemah dan terpinggirkan?
Altruisme sosial berarti mayoritas (baik pendatang maupun kelompok dominan dalam politik dan ekonomi) rela berbagi ruang dan kesempatan. Tidak ada artinya Mimika megah dengan pusat perbelanjaan jika mama-mama Amungme dan Kamoro masih berjualan pinang di bawah terik matahari tanpa perlindungan. Tidak ada artinya bandara internasional jika anak-anak OAP masih kesulitan mengakses pendidikan bermutu.
Pendatang dan OAP: Ujian Empati di Usia ke-29
Psikologi sosial mengajarkan kita tentang ingroup bias: Kecenderungan lebih mementingkan kelompok sendiri. Di Mimika, bias itu kerap terlihat: Pendatang berjejaring dengan pendatang, sementara OAP berjuang sendirian.
HUT ke-29 adalah momentum refleksi. Apakah kita cukup altruis sebagai pendatang? Apakah kita rela mengulurkan tangan, berbagi ilmu, dan membuka akses bagi OAP agar tidak hanya jadi penonton di tanah sendiri?
Altruisme lintas kelompok adalah fondasi hidup damai di Mimika. Empati sosial: Merasa sakit ketika tanah Amungme diambil, atau merasa marah ketika laut Kamoro tercemar adalah dasar solidaritas yang sejati.
Pemimpin Altruis: Harapan Mimika di Usia 29
Pemimpin yang altruis bukan hanya pandai meresmikan proyek, membuka pertemuan, terampil mengelola anggaran belanja daerah, berpidato dengan lantang, tetapi mampu menempatkan penderitaan rakyat sebagai dasar kebijakan, mampu menyatupadukan heterogenitas. Dalam usia ke-29, Mimika membutuhkan pemimpin yang:
- Mendengar suara kecil: memberi ruang kepada mama-mama pasar dan pinang, nelayan lokal, dan petani, bukan hanya kontraktor besar.
- Berani mengorbankan diri: menolak gratifikasi, tidak memperkaya diri dari jabatan, serta menutup celah korupsi.
- Mengutamakan keadilan distributif: memastikan APBD dan Dana Otsus benar-benar menyentuh OAP, terkhusus Amungme dan Kamoro.
Immanuel Kant pernah berkata: manusia harus diperlakukan sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Pemimpin altruis di Mimika harus memastikan bahwa Amungme dan Kamoro tidak dijadikan alat politik atau batu pijakan, melainkan tujuan utama pembangunan, akses terhadap sumber daya, dan kesempatan pemberdayaan dalam pembangunan.
Altruisme: Warisan Generasi Berikutnya
Perayaan HUT tahun ini bukan sekadar pesta, show power, tetapi juga perenungan: warisan apa yang kita siapkan untuk anak cucu? Apakah Mimika akan diwarisi sebagai tanah yang adil, atau sebagai tanah yang penuh ketimpangan (sosial, politik, ekonimi)?
Altruisme bukanlah konsep kosong. Ia adalah sikap nyata:
- Altruisme sosial: mayoritas rela berbagi ruang hidup dengan minoritas (yang kuat kepada yang lemah, bermodal kepada tidak bermodal).
- Altruisme politik: pendatang mendukung OAP dalam kepemimpinan.
- Altruisme etis: pemimpin mengutamakan mereka yang paling terpinggirkan.
Altruisme, Jalan Keberpihakan
Di usia ke-29, Mimika sudah banyak berubah. Tetapi perubahan sejati bukan hanya pembangunan fisik, melainkan keberpihakan moral.
- Saat mayoritas mau menahan diri, itulah altruisme.
- Saat pandatang menghormati hak OAP (Amungme-Kamoro) itulah altruisme.
- Saat pemimpin menjadikan penderitaan Amungme dan Kamoro sebagai dasar kebijakan, itulah altruisme.
HUT Mimika ke-29 seharusnya menjadi momentum untuk meneguhkan sikap altruis: keberpihakan nyata bagi Amungme dan Kamoro, sebagai fondasi keadilan dan kemanusiaan yang adil dan beradab di tanah ini. **

































