Timika,papuaglobalnews.com – Ribuan umat Katolik di Paroki Santo Stefanus Sempan Timika, Keuskupan Timika merayakan misa malam Natal penuh suka cita, Rabu 24 Desember 2025. Perayaan misa kedua dipimpin RP. Gabriel Ngga, OFM, pastor Paroki Santo Stefanus Sempan dimulai pukul 19.00 WIT.

Perayaan diawali perarakan dari pintu gereja menuju kendang natal sambil mengisahkan Maria dan Yusuf melakukan sensus penduduk di Kota Betlehem. Ini sesuai perintah sensus dari Kaisar Agustus mewajibkan Yusuf pulang ke kota leluhurnya, yaitu Betlehem, tempat kelahirannya, untuk mendaftarkan diri meskipun Maria sedang hamil tua. Perjalanan dari Nazaret ke Betlehem ini sulit, dan karena semua penginapan penuh, Yesus akhirnya lahir di kandang domba dan dibaringkan di palungan.

Misa malam Natal ini dengan tema ‘Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga’.

Gabriel dalam homilinya mengemukakan, Natal selalu menjadi waktu yang hangat untuk berkumpul.

“Kita bisa saling berbagi, dan merayakan kasih Tuhan bersama keluarga maupun komunitas. Namun kebersamaan yang sejati bukan hanya tentang berada di satu tempat, melainkan tentang hadir dengan hati yang terbuka, penuh kasih, dan saling menguatkan,” kata RP. Gabriel.

RP Gabriel mengajukan pertanyaan refleksi mengapa? Karena kelahiran Yesus di Betlehem adalah bentuk kebersamaan terbesar yang Allah tawarkan kepada manusia.

“Allah menyertai kita. Ia rela turun ke dunia, hidup di tengah-tengah kita, dan hadir dalam kesederhanaan palungan, menjadi manusia, seperti kita, kecuali dalam hal dosa,” ujarnya.

Menurutnya, dengan itu, Ia menunjukkan bahwa kebersamaan yang berharga tidak selalu lahir dari kemegahan, tetapi dari hati yang mau menyertai dan memahami. Dan Ia mencontohkannya, dalam kesederhanaan.

“Bersama dengan saudara kita yang mengalami bencana, konflik karena keangkuhan kuasa dan kepentingan egois orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Kita berdoa bagi mereka yang menderita,” ajaknya.

Ia mengungkapkan di tengah kesibukan dan individualisme dunia kekinian, Natal juga mengajak umat Kristiani untuk kembali menghadirkan kebersamaan yang memulihkan, yakni dengan memberi waktu bagi keluarga, merangkul mereka yang tersisih, menyemangati sahabat, membantu meringankan yang menderita, dan menjadi terang bagi mereka yang merasa sendirian.

Kebersamaan yang tulus mampu menyembuhkan luka dan mempererat tali kasih. “Natal ini menjadi kesempatan bagi kita untuk membangun kembali relasi, memperbaiki yang retak, dan menghadirkan kasih Kristus dalam setiap perjumpaan. Sebab ketika kita berkumpul dalam nama-Nya, Kristus hadir, dan kehadiran-Nya membawa damai,” ungkapnya.

Kelahiran Yesus katanya, menunjukkan bahwa Allah tidak memilih jalan kekuasaan atau kemegahan dunia, melainkan jalan kerendahan hati. Ia datang bukan untuk menaklukkan dengan pedang, tetapi untuk menyelamatkan dengan kasih. Palungan menjadi tanda bahwa keselamatan tidak bergantung pada kekuatan manusia, melainkan pada kerahiman Allah.

Dikatakan, para gembala, orang-orang sederhana yang dianggap rendah dalam masyarakat, justru menjadi saksi pertama kelahiran Kristus. Malaikat menampakkan diri kepada mereka, membawa kabar sukacita besar: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Hal ini menegaskan bahwa Injil pertama-tama ditujukan bagi mereka yang rendah hati dan terbuka, bukan bagi yang merasa diri kuat atau berkuasa.

“Renungan ini mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana kita menyambut Kristus dalam hidup kita. Apakah kita menyediakan “ruang” bagi-Nya, atau justru menutup pintu hati karena kesibukan, ambisi, atau kenyamanan duniawi?” tanya RP. Gabriel.

Menurutnya, kelahiran Yesus mengingatkan manusia bahwa Allah hadir dalam kesederhanaan, dalam keluarga, dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam situasi yang tampak biasa.

Ia manmbahkan pesan malaikat “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” adalah panggilan bagi  manusia untuk menjadi pembawa damai. Natal bukan hanya perayaan liturgis, tetapi juga undangan untuk menghadirkan damai Kristus dalam keluarga, masyarakat, dan dunia.

“Maka, mari kita membuka hati untuk menyambut Kristus yang lahir dalam kesederhanaan. Biarlah hidup kita menjadi palungan yang bersih dan hangat, tempat di mana kasih Allah dapat tinggal dan bersinar bagi sesama,” ajaknya. **