Pembangunan Desa Terus Bergerak, 48 Persen Penduduk Indonesia Tinggal di Wilayah Perdesaan
Namun demikian, sektor ketahanan pangan menjadi perhatian khusus. Produksi padi nasional di desa menurun dari 54,7 juta ton pada 2023 menjadi 52,6 juta ton pada 2024 turun sekitar 2,1 juta ton. BPS mencatat bahwa penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan keterbatasan sarana produksi pertanian.
Dalam kegiatan tersebut dijelaskan mayoritas desa berada pada kategori berkembang dan maju.
Menurut klasifikasi Indeks Desa Membangun (IDM): Desa Berkembang: 32,6%, Desa Maju: 30,6%, Desa Mandiri: 22,8%, Desa Tertinggal: 8,1% dan Desa Sangat Tertinggal: 5,8%.
Komposisi ini menunjukkan mayoritas desa telah berada pada kategori berkembang hingga maju, menandakan arah pembangunan desa yang semakin progresif. Sementara proporsi desa tertinggal dan sangat tertinggal relatif kecil, keduanya tetap menjadi prioritas pemerintah untuk mengurangi disparitas pembangunan antarwilayah.
Dijelaskan juga, salah satu tujuan utama pemberian otonomi kepada desa adalah membangun kemandirian fiskal, bukan ketergantungan pada pemerintah pusat. Pemerintah berharap desa dapat memperkuat kapasitas ekonomi lokal melalui inovasi, tata kelola keuangan yang baik, serta pengembangan potensi unggulan masing-masing wilayah.
Secara keseluruhan, berbagai indikator menunjukkan bahwa pembangunan desa bergerak ke arah yang lebih baik. Tantangan seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketahanan pangan masih harus diatasi, namun peningkatan desa dalam kategori maju dan mandiri memberikan optimisme terhadap masa depan perdesaan Indonesia.
Dengan komitmen bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, pembangunan desa diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, mengurangi kesenjangan, serta mewujudkan kesejahteraan yang lebih merata di seluruh Nusantara. **

































