Pater Gabriel Ngga, OFM: Minggu Palma Menggambarkan Orang yang Sama Mengimani Yesus Raja Damai Tetapi Juga Menghina Yesus
Manusia melihat Yesus adalah raja damai. Namun dalam praktek hidup selalu berlawanan. Manusia justru saling bermusuhan, saling membunuh, terjadi konflik membuat orang lain berdiam diri dalam rumahnya karena merasa ketakutan.
Situasi ini terjadi kata Pater Gabriel, karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu, seperti ekonomi, politik, kekuasaan dan egoisme manusia yang terlalu tinggi.
Akibat dari itu semua, ajaran Yesus tentang cinta kasih dan damai begitu sulit untuk mengakar, meresapi dan bertumbuh dalam diri setiap orang beriman. Sehingga orang tidak lagi mengalami Yesus sebagai raja damai dan sang juruselamat.
Namun, Pater Gabriel mengungkapkan, Yesus memang sungguh-sungguh raja orang Yahudi. Meskipun Ia dihina, disiksa dan dihukum mati tetap mengampuni orang yang sudah berbuat salah. Teladan hidup ini menunjukan Yesus pada saat hidup dan sudah mati tetap seorang raja damai.
“Kepada Dialah kita harus mengimani. Oleh karena itu, mari kita menyiapkan hati agar dikuasi oleh Yesus dan masuk di dalam diri kita dan merajai hidup kita agar sungguh-sungguh menjadi pribadi pengikut Yesus Kristus yang konsisten.
Dengan apa yang diimani dan apa yang dilakukan, diperbuat dalam hubungan dengan sesama, relasi dengan Tuhan. Sehingga dunia yang tempat manusia tinggal menjadi dunia penuh kedamaian, penuh persaudaraan,” pesannya.
Sebagai orang beriman, perlu belajar teladan hidup Yesus yang rela membantu dan saling mengampuni kepada orang-orang yang telah melukai hati. Ampunilah mereka karena apa yang mereka lakukan mereka tidak tahu.
Menurutnya, dengan saling memaafkan dan mengampuni sebagai orang beriman akan memancarkan suasana suka cita, damai sejahtera serta kebahagiaan. Supaya dunia yang ada layak dihuni oleh semua orang tanpa memandang buruk orang itu datang dari suku, agama, budaya dan bahasa apa. **