Timika,papuaglobalnews.com – Hujan deras mengguyurkan Kota Timika hampir dua pekan terakhir membawa malapetaka bagi masyarakat Timika. Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 RI, pada Minggu malam 17 Agustus 2025, puluhan rumah warga Jalan Matoa Kelurahan Kebun Sirih, RT 01, 03 Distik Mimika Baru Kabupaten Mimika Papua Tengah digempur air. Air yang meluap dari kolam ujung Bandara Mozes Kilangin milik PT Freeport Indonesia mengalir deras menggenangi halaman hingga masuk dalam rumah-rumah warga setinggi lutut orang dewasa.

Pantauan papuaglobalnews.com di lokasi pada Senin pagi 18 Agustus 2025, air mengalir deras dari kolam kawasan ujung bandara keluar melewati pintu gerbang Pos Lanud YKu Timika melewati jalan raya. Halaman Kantor PT. Harmoni Sinergi dikenangi setinggi lutut orang dewasa. Air juga mengalir menyusuri Jalan Matoa bagaikan anak sungai hingga masuk ke dalam rumah-rumah warga. Air mengalir deras di badan jalan rabat semen karena drainase yang sempit di komples tersebut tidak mampu menampung debit air yang ada.

Atas kejadian ini warga setempat merasa tidak nyaman dan resah karena sejak semalam belum bisa tidur. Namun, beberapa anak kecil dengan suka cita memanfaatkan situasi itu untuk mandi-mandi di saluran drainase yang sempit itu.

”SADAR

Kondisi serupa dialami warga RT 02 Kompleks Wowor di Kelurahan Kwamki Baru. Rumah milik Toto Siswanto dimasuki air yang meluap dari kolam bekas galian C Sumitro.

Menurut warga bahwa setiap tahun di musim hujan dengan intensitas tinggi selalu menjadi langganan terendam air.

Meluapnya air dari lokasi bekas galian C Sumitro tersebut karena gorong-gorong tempat pembuangan air yang dibangun pemerintah ditutup oleh Sumitro.

Joel Danie Hulukay, Kepala Distrik Mimika Baru didampingi Lurah Kebun Siri Endang Letsoin bersama staf distrik langsung turun memantau ke rumah-rumah warga setempat.

Endang Letsoin menjelaskan peristiwa meluapnya air dari kolam ujung bandara  tahun ini merupakan kali kedua dari sebelumnya pernah terjadi tujuh tahun lalu tepatnya tahun 2018.

“Selama ini meskipun hujan lebat air tidak pernah meluap dan sudah lama sekali dari tahun 2018 lalu baru kali ini kembali terjadi,” jelas Endang.

Joel, Kepala Distrik Mimika Baru menjelaskan luapan air dari kawasan kolam ujung bandara disebabkan gorong-gorong yang dibangun PT Freeport Indonesia dekat pagar kuning untuk jalan air ke arah sungai tidak mampu menampung debit air yang besar, sehingga air mengalir kembali ke arah jalan raya dan menggenangi puluhan rumah warga.

Hujan deras mengguyurkan Kota Timika hampir dua pekan terakhir membawa malapetaka bagi masyarakat Timika. Bertepatan dengan
Kondisi rumah warga Jalan Mato tergenang air pada Senin 18 Agustus 2025. (Foto-papuaglobalnews.com).

Selain itu, diduga  pasca PT Freeport menimbun ujung landasan semakin tinggi membuat air sulit untuk mengalir seperti biasanya.

“Karena lokasi tersebut sebelumnya rendah menjadi tempat jalannya air namun sudah tertimbun tinggi membuat air terhalang,” katanya.

Atas peristiwa ini, Joel akan melaporkan kepada Bupati Mimika Johannes Rettob untuk meminta petunjuk. Berdasarkan petunjuk pimpinan akan menyurati PT Freeport untuk memperhatikan drainase pembuangan air di kawasan tersebut.

Joel mengkuatirkan jika tidak segera ditangani secara baik kondisi drainasenya lima tahun akan datang Timika menjadi Jakarta kedua, setiap hujan lebat rumah penduduk tenggelam.

Mantan Kepala Seksi Pajak Bapenda Mimika ini mengungkapkan sejak Minggu malam pukul 22.00 WIT dirinya dengan kendaraan roda empat putar keliling Kota Timika memantau titik-titik yang selama ini dianggap rawan tergenang air.

Berdasarkan hasil pemantauannya, akibat hujan lebat di sekitar Petrosea, Kebun Siri dan Busiri Ujung terdapat beberapa rumah warga terendam air.  Kondisi ini terjadi selain bangunan rumah lebih rendah dari badan jalan juga diakibatkan air tidak mengalir ke saluran karena terhalang tumpukan pasir dan sampah.

Joel juga berencana menyurati Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Mimika meminta agar setiap musim hujan bisa turun di lapangan memantau keadaan fungsi drainase yang dibangun, apakah air mengalir lancar atau tersumbat sampah dan material batu pasir.

Ia menyarankan kepada Dinas PUPR membuat program pembersihan saluran utama maupun di kompleks perumahan enam bulan sekali atau setahun dua kali. Dengan kondisi drainase yang terawat secara rutin akan mengurangi risiko banjir.

Terkait terendamnya rumah warga Wowor, Joel akan menyurati Sumitro untuk segera menimbun atau membuka drainase agar air yang selama ini bisa mengalir lancar ke sungai.

Joel menegaskan jika pemanggilan pertama tidak diindahkan akan dilanjutkan panggilan kedua. Panggilan kedua tidak direspons akan keluarkan surat dipanggil ketiga. Setelah tiga kali yang bersangkutan masih melawan akan dilakukan tindakan tegas, karena ini menyangkut hak hidup dan kepentingan masyarakat.

Kepada warga terdampak, Joel meminta untuk bersabar dirinya berkoordinasi dengan pihak Sumitro untuk mengambil langkah-langkah penyelesaian.

Berkaitan dengan banjir ini, Joel meminta kepada masyarakat agar lebih sadar membuang sampah sesuai aturan dan jam yang sudah ditetapkan pemerintah. Terjadinya banjir air masuk dalam rumah warga selain drainase yang buruk, bangunan rumah rendah juga karena sampah yang tersumbat menghalangi jalan air. **