Timika,papuaglobalnews.com – Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kabupaten Mimika Papua Tengah telah meluncurkan sayembara desain logo ‘Mimika Rumah Kita’.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Adat Daerah (DAD) Mimika, Vinsent Oniyoma menyampaikan seruan penting kepada seluruh peserta sayembara untuk mengintegrasikan identitas budaya masyarakat adat Amungme, Kamoro dan Sempan (AKS) sebagai elemen utama desain.

Vinsent dalam rilisnya kepada redaksi papuaglobalnews.com pada Selasa 9 September 2025 menekankan, bahwa logo daerah merupakan representasi simbolis dari identitas, nilai, dan potensi daerah. Logo tersebut harus mencerminkan sejarah, budaya, kondisi alam, sumber daya, serta harapan masa depan masyarakat Mimika.

Lebih lanjut, putra Amungme ini menjelaskan bahwa logo berfungsi sebagai penanda jati diri, perekat kesatuan sosial budaya, dan pengingat visi misi pembangunan daerah, yang pada akhirnya akan membawa kebanggaan dan kemakmuran bagi seluruh penduduk.

“Logo ini bukan sekadar gambar, tetapi representasi jiwa Mimika,” ujar Vinsent.

Dikatakan dalam desain  perlu memasukan simbol-simbol budaya yang relevan:  Noken bagi masyarakat Amungme, yang digunakan untuk mengangkut bahan makanan dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari sejak dahulu kala; perahu bagi masyarakat Kamoro, sebagai alat pencari ikan yang vital untuk keberlangsungan hidup; dan berbagai artefak budaya masyarakat Sempan, termasuk pakaian adat (inimu, ahiwi, ipauhya), hiasan kepala (yomoto), perhiasan (metane/hifamo), cat tubuh (mi ifilami, waehe, hoka), alat musik (eme), serta peralatan rumah tangga dari bahan alam.

Vinsent menegaskan bahwa spirit dan filosofi hidup masyarakat Amungme, Kamoro, dan Sempan yang telah lama terjalin,  merupakan pondasi utama yang menjadikan Mimika sebagai ‘Rumah Kita’ hingga saat ini.

Oleh karena itu, ia berharap agar unsur-unsur budaya tersebut terwakili secara autentik dan bermakna dalam desain logo yang akan terpilih.

“Kami masayarakat adat suku Amungme, Kamoro dan Sempan sebagai pemilik Honai Mimika Negeri Susu dan Madu berharap kepada pemerintah dalam  hal ini Bapak Bupati, Wakil Bupati dan Ketua DPRK Mimika memperhatikan hal ini dengan baik. Kami harus sampaikan ini mengingat bapak pimpinan daerah anak  asli dan anak adat,” paparnya.

Vinsent juga menyampaikan sebagai masyarakat Amungme, Kamoro dan Sempan (AKS) sampai saat ini masih bertanya-tanya soal patung-patung di  Bundaran Petrosea.

Masyarakat AKS berharap penerintah tidak lagi membuat hal seperti Patung Bundaran Petrosea. Dimana sampai saat ini belum jelas makna dan arti dari patung-patung  tersebut. **