Oleh: Laurens Minipko

KETIKA Gubernur Hindia Belanda mengeluarkan Keputusan pada 1 Desember 1925 No. 38, terbentuklah Onderafdeeling Mimika sebagai bagian dari Afdeeling Zuid-Nieuw-Guinea. Pusat pemerintahan awal ditempatkan di Kaokonao, sebuah kampung pesisir yang kala itu dipandang strategis untuk mengawasi wilayah Mimika, dan sebagai pos penghubung pesisir Selatan ke arah Timur, dan pesisir Selatan ke arah Barat. Keputusan ini lahir dari kesadaran pemerintah kolonial bahwa kontak orang luar dengan penduduk pesisir semakin intensif dan perlu diawasi dengan lebih teratur.

Di sinilah mulai tumbuh cikal bakal pemerintahan sipil Mimika. Kehadiran seorang kontroleur menjadi simbol masuknya administrasi kolonial Belanda, bukan hanya untuk menjalankan tata pemerintahan, melainkan juga untuk mencatat, mengawasi, bahkan merekayasa kehidupan sosial masyarakat setempat. Nama-nama Kontroleur yang pernah memegang jabatan di Mimika merefleksikan jejak panjang sejarah tersebut.

”SADAR

M. Paliama dan Jan Pouwer

Pada awalnya, seorang pejabat bernama M. Paliama tercatat dalam Memorie van Overgave (Laporan serah terima jabatan) sekitar tahun 1949-1954). Kehadirannya menandai masa transisi setelah Perang Dunia II, ketika Pemerintah Belanda berusaha menata kembali administrasi sipil di Nieuw-Guinea. Ia banyak mencatat soal kondisi kampung, sistem kepemimpinan lokal, serta interaksi dengan misi Katolik yang mulai berkembang di Kaokonao.

Sesudah itu, poisis Kontroleur dijabat oleh Jan Pouwer (1951-1954), seorang pejabat yang sekaligus etnolog. Pouwer tidak hanya menjalankan fungsi pemerintahan, tetapi juga melakukan penelitian mendalam tentang masyarakat Mimika. Disertasinya yang berjudul “Enkele aspecten van de Mimika-cultuur “(1955) menjadi salah satu sumber penting untuk memahamai struktur sosial, adat istiadat, dan kosmologi orang Mimika. Kehadirannya menunjukkan bahwa pemerintah kolonial bukan hanya mengatur secara administratif, tetapi juga berusaha memahami dan sekaligus mengendalikan masyarakat lewat ilmu pengetahuan.

C.S.I.J. Lagerberg

Pada pertengahan 1950-an, nama C.S.I.J. Lagerberg muncul sebagai Kontroleur (1954-1956). Dalam arsip Belanda disebutkan bahwa ia banyak terlibat dalam pembentukan dorspraden (dewan kampung) dan pemindahan penduduk dari kampung-kampung kecil ke pusat yang lebih besar. Langkah ini mencerminkan pola umum kebijakan kolonial: merapikan pola pemukiman masyarakat agar lebih muda diawasi dan diadministrasikan.

M. K.J.M. de Jong

Menjelang akhir kekuasaan Belanda, posisi Kontroleur Mimika di Kaokonao dijabat oleh Mr. K.J.M. de Jong (1958-1959). Arsip Memorie van Overgave menyebutkan bagaimana ia menggambarkan kondisi sosial, ekonomi, dan politik Mimika pada masa transisi. Tugasnya tidak lagi sekadar administratif, tetapi juga menyiapkan laporan yang kelak menjadi dasar bagi perdebatan politik tentang masa depan Nieuw-Guinea menjelang penyerahan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Para Kontroleur bukan sekadar pejabat kolonial. Masing-masing membawa warna tersendiri dalam mengatur, mencatat, dan menata Mimika. Dari catatan mereka, kitab isa membaca bagaimana Kaokonao dijadikan pusat pemeritnahan, bagaimana masyarakat pesisi diatur ulang, hingga bagaimana pengetahuan etnografis dijadikan alat kuasa.

Dengan demikian, jejak pemerintahan sipil di Mimika sejak 1925 tidak bisa dipandang sebatas catatan birokrasi. Ia adalah kisah tentang pertemuan kolonial dengan masyarakat lokal, tentang bagaimana kuasa dijalankan melalui administrasi, pengetahuan, dan simbol. Dan nama-nama Kontroleur yang pernah bertugas di Mimika adalah saksi sekaligus aktor dari proses sejarah itu. **

 

Referensi

1. Inventaris van het archief van het Kantoor voor Bevolkingszaken in Nederlands Nieuw-Guinea: Rapportenarchief, (1852) 1951-1962.

2. Pouwer, Jan, Enkele aspecten van de Mimika-cultuur (1955).

3. Pouwer, Jan, Katholiek Documentatie Centrum.