Selain itu, forum merekomendasikan agar tokoh adat, komunitas seni, dan sanggar budaya di Timika dilibatkan secara penuh dalam perencanaan dan pelaksanaan Festival Budaya Amungme-Kamoro yang sedang digagas Pemerintah Kabupaten Mimika. Pelibatan ini dinilai penting agar festival benar-benar merepresentasikan nilai, identitas, serta aspirasi masyarakat adat, sekaligus membuka ruang regenerasi dan partisipasi aktif generasi muda.

Dalam diskusi tersebut menegaskan, pelestarian budaya Papua bukan hanya tentang menjaga tarian, musik, atau cerita rakyat, tetapi juga menjaga jati diri dan masa depan generasi Papua. Menyelamatkan budaya berarti menyelamatkan masa depan.

Dalam FGD ini menghadirkan Laus Deo Calvin Rumayom, Ketua Umum APS sebagai pemateri.

FGD menghasilkan lima rekomendasi penting di antaranya:

  • Penguatan kelembagaan adat di Timika agar lebih mandiri dan berkelanjutan.
  • Integrasi budaya Papua (bahasa daerah) dalam kurikulum lokal dan pendidikan non-formal.
  • Dokumentasi dan publikasi karya maestro budaya.
  • Sinergi lintas sektor untuk program kebudayaan.
  • Pelibatan aktif tokoh adat dan komunitas seni dalam rencana Festival Budaya Amungme-Kamoro.

Adapun peserta dalam FGD ini yakni, Marianus Maknaepek Wakil Ketua I Lemasko, Mathea Mameyao tokoh perempuan Kamoro, Rosmina Ohee, pengelola Sanggar Shycloop, Angela Yikim, tokoh budaya, Deby Santoso, tokoh pemuda, Dorce Lapi, Kepala Seksi Dinas Periwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, Dominggus Kapiyau, praktisi seni budaya, Billy Yoku, pengelola Sanggar Chycloop. Lainnya, Faya Alfonso Naa, Direktur KAPP,  Agnes Boki guru YPJ/YAPAAPUA,  Franky Tumbol guru YPJ/YAPAAPUA,  Yusriadi guru YPJ/YAPAAPUA, Johanes E. S. Wato, Direktur YAPAAPUA, Vincent Oniyoma, perwakilan LEMASA dan Ani Waromi, Sekretaris YAPAAPUA. **