Tim Amar I dan II Raih Juara Festival Lomba Dayung Perahu Torpa Tradisional 2025, Bawa Pulang Dua Piala dan uang Pembinaan Rp55 Juta
Festival lomba dayung ini merupakan bagian penting bagaimana pemerintah mengangkat harkat dan martabat masyarakat asli Papua terutama Kamoro dan Amungme dalam melestarikan, mempertahankan nilai-niali budaya serta tradisi masyarakat yang hampir punah untuk diperkenalkan ke masyarakat luas.
Marianus menilai apa yang dilaksanakan ini menjadi bukti nyata pemerintah hadir mengangkat kekayaan budaya masyarakat Kamoro dan Amungme ke permukaan yang hampir selama kepemimpinan kepala daerah terdahulu belum memperhatikan hal ini.
Sementara Plt. Kepala Disparbudpora Mimika, Elizabeth Cenawatin, melalui Kepala Seksi Pendidikan Olahraga dan Sentra Olahraga Daniel Orun, menjelaskan penyelenggaraan festival ini bertujuan utama melestarikan perahu torpa berbahan kayu tradisional khas pesisir Mimika yang kini mulai jarang digunakan oleh nelayan karena beralih ke perahu bermesin johnson.
“Terdapat dua jenis perahu yang digunakan masyarakat pesisir, yaitu torpa yang umum dipakai masyarakat Mimika Barat, dan perahu sendok yang digunakan masyarakat Mimika Timur. Di kegiatan perdana ini kami fokuskan pada torpa atau perahu duduk,” jelas Daniel.
Ia menambahkan bahwa pada tahun 2026, jika dukungan anggaran tersedia, Disparbudpora berencana menggelar perlombaan khusus perahu sendok agar semakin banyak tradisi lokal yang dilestarikan.
Daniel berharap festival tradisional ini dapat memberi dampak jangka panjang, tidak hanya untuk melestarikan budaya maritim tetapi juga mengembangkan sektor pariwisata olahraga di Mimika.
“Lewat festival ini, kita berharap ke depan tamu-tamu dari luar Timika bisa datang untuk menyaksikan lomba dayung tradisional. Ini bisa meningkatkan perputaran ekonomi, terutama bagi pelaku usaha perhotelan, kuliner, hingga menambah PAD daerah,” ujarnya optimis.
Festival perdana ini menjadi momentum penting bagi masyarakat pesisir Mimika untuk menegaskan identitas dan warisan budaya mereka sekaligus membuka peluang baru dalam pengembangan pariwisata berbasis tradisi lokal. **

































