Saya tidak pernah membaca dan mendengar lagi. Saya tahu Gubernur Melky Lakalena orang baik. Ia terus bergerak mengelilingi NTT. Ia pulang pergi Jakarta demi NTT. Apresiasi istimewa! Tapi kita juga perlu mengawasi pemimpin kita ini. Terutama kerja-kerja senyap menebar pesona kuasa dan uang. Untuk siapa? Untuk masyarakat pendukung geothermal. Kita berdoa agar Gubernur Melky Lakalena tidak disilaukan oleh pesona kuasa dan uang.

Kita membutuhkan seorang Gubernur Melky Lakalena yang bersikap tegas. Kuasa dan uang bisa melumpuhkan seorang pemimpin. Saya tidak ingin Gubernur Melky seperti peribahasa ‘Bagai Angin Lalu’. Peribahasa yang menunjukan ketidakjelasan sikap seorang pemimpin. Ia seperti angin lalu. Tidak memiliki komitmen yang tetap dan tidak meninggalkan jejak yang baik.

Dalam aksi damai umat gereja lokal KAE perlu menuntut Gubernur NTT Melky Lakalena dan DPRD I, para Bupati sedaratan Flores Lembata dan DPRD II, anggota DPR RI Dapil Flores dan DPD Dapil NTT untuk membuka suara. Saya sering bertanya: “Mengapa hampir semua diam?”

Saya menduga saja. Mereka membisu karena tiga hal. Pertama, mereka tidak tahu, tidak mengerti bahkan bodoh tentang geothermal. Napolen Bonaparte bilang: “Dalam politik, kebodohan bukan cacat”.

Kedua, proyek geothermal merupakan lahan finansial aparat pemerintah dan politisi. Mereka turut menanam saham.

“Politik itu mahal. Bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang,” kata Will Rogers, pelawak Amerika 1879-1935. K

Ketiga, mereka diam karena tidak punya hati terhadap masyarakat yang sedang menderita.

PLN dan kontraktor harus secara terbuka menunjukan dokumen-dokumen resmi. Donatur PLN, Bank Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau(KfW) yang berkantor pusat di Palmengartenstrasse 5-9, 60325 Frankfurt am Main, Jerman mengisyaratkan bahwa investor proyek geothermal wajib memenuhi standar global. Harus ada dokumen kajian lingkungan.

Adapun dokumen yang harus dipenuhi. Pertama, Initial Cumulative Impact Assesment (ICIA) atau penilaian awal dampak kumulatif. ICIA adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi dampak lingkungan yang timbul dari sebuah proyek.

Kedua, rencana mitigasi. Rencana mitigasi adalah serangkaian tindakan yang disusun untuk mengurangi risiko bencana. Baik sebelum, selama dan setelah bencana.

Ketiga, Safeguarding. Adalah upaya berkelanjutan untuk melindungi masyarakat dari bahaya. Proyek geothermal harus memastikan masyarakat sekitar hidup aman.

Keempat, kerangka kerja perencanaan masyarakat adat. Basis utamanya adalah Free, Prior and Informed Consent (FPIC). Free atau bebas artinya persetujuan diberikan secara sukarela, tanpa paksaan, intimidasi dan manipulasi dari pihak luar.

Prior atau didahulukan maksudnya bahwa persetujuan harus diperoleh sebelum kegiatan dimulai. Bukan setelahnya! Informed atau diinformasikan maksudnya masyarakat adat harus diberi informasi yang konprehensif, objektif dan mudah dipahami tentang kegiatan, potensi dampak, manfaat dan risiko yang mungkin timbul. Consent atau persetujuan maksudnya masyarakat adat harus memiliki hak untuk memberikan atau menolak persetujuan terhadap kegiatan yang akan berdampak pada mereka.

Mengapa FPIC sangat penting dalam perencanaan masyarakat adat? FPIC memastikan bahwa dalam proses pembangunan hak-hak masyarakat adat diakui dan dilindungi. FPIC mencegah konflik dan ketidakadilan sosial yang timbul akibat kurangnya keterlibatan masyarakat adat. FPIC mendorong pembangunan yang bertanggungjawab dan berkelanjutan. Mereka memastikan bahwa kegiatan proyek pembangunan mendukung kepentingan masyarakat adat.

Masyarakat dan gereja lokal Flores perlu meminta pertanggungjawaban pemerintah, PLN dan investor pengelola proyek geothermal Sokoria, Mataloko, Waesano, Pocoleok untuk membuka dokumen-dokumen secara publik. Bila tanpa dokumen, proyek-proyek geothermal illegal. Proyek illegal selalu bermasalah. Geothermal yang bermasalah harus ditolak dan dihentikan.

Kita menguburkan proyek geothermal Flores. Kita kembali ke spiritualitas awal deklarasi Stockholm. Kita menyanyikan lagu  “Requiem for a Dream atau Kematian Sebuah Mimpi”. Kita merayakan kematian sebuah mimpi. Mimpi untuk menghancurkan bumi dan peradaban Flores. **

 

Kirchgasse 4, 5074 Eiken AG Schweiz.

Rabu Malam 4 Juni 2025.