Pesparani II Papua Tengah Resmi Ditutup : Uskup Bernardus : Lagu Diciptakan Tanpa Dinyayikan Bukanlah Lagu Tetapi Puisi
Ia juga mengungkapkan lagu-lagu yang dinyanyikan dalam suatu perayaan atau iven seperti Pesparani II ini, dapat dikatakan sebagai medan perutusan atau misi dari Tuhan kepada umat beriman, umumnya dan umat Katolik khususnya.
“Oleh karena itu, hendaknya kita juga harus bernyanyi bersama mereka yang sedang menangis karena mengalami perlakukan tidak adil, mereka yang menderita karena hak-hak dasar mereka dirampas oleh yang berkuasa, mereka yang menangis karena sedang dilanda bencana alam, kelaparan dan penyakit serta perang. Ketika kita bernyanyi kita sedang memohon pertolongan Tuhan agar membantu mereka yang hidup dalam penderitaan, meraka yang kecil, miskin dan tertindas,” ungkapnya.
Menurutnya, misi inilah yang digamabarkan oleh Nabi Yesaya bahwa akan datang seorang pembebas sajati, yang akan membawa suasana kebebasan, kedamaian dan keadilan bagi mereka yang hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Sebagaimana dikatakan Yesaya bahwa akan berdiri panji-panji kemenangan bagi para bangsa.
Misi pembebasan ini dapat diwujudkan oleh seorang misionaris sejati yang diutus oleh Allah Bapa-Nya yaitu Yesus Kristus, Sang Emanuel. Sebelum Sang misionaris sejati ini hadir di dunia ini, Allah telah mengutus Yohanes sebagai seorang misionaris yang terlebih dahulu mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias.
“Karena itu, kita tidak cukup hanya bernyanyi dan mengadakan perlobaan Pesparani, tetapi kita juga harus berani turut ambil bagian dalam misi Yesus, yaitu turut memperjuangkan keadilan, kebanaran, kejujuran dan hak-hak asasi manusia serta keutuhan alam ciptaan,” ajakny.
“Banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam penderitaan, penganiayaan, pembunuhan, pengungsian, kehilangan tempat tinggal, miskin secara materi dan sosial, tersingkir dari masyarakat, hak-hak dasarnya dirampas atas nama pembangunan, PSN dan sebaginya,” paparnya.
“Sebagaimana Tuhan Yesus perintahkan kepada para murid-Nya dan juga kita bahwa “Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Allah. Pergilah dan wartakan, Kerajaan Allah sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit, bangkitkanlah orang mati, tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan. Kalian telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berikanlah pula dengan cuma-cuma”.
Uskup juga memuji peserta yang sudah menunjukan yang terbaik melalui iven Pesparani ini.
“Saya mengajak kita semua agar memberikan yang terbaik juga dalam melayani, mengabdi kepada sesama kita yang hidup dalam kesusahan, yang menderita, yang miskin dan tertindas,” ajak Uskup.
Ia berharap melalui Pesparani II ini, memotivasi semua peserta agar menjadi misionaris yang sejati di zaman ini, di Papua, di wilayah Provinsi Papua Tengah yang terus diselimuti konflik bersenjata dan konflik sosial, yang berakibat kepada ribuan pengungsi internal yang saat ini masih hidup dalam penderitaan, tidak makan dengan baik, tidak tidur dengan baik, tidak bersekolah dengan baik dan tidak berobat dengan baik,” ujarnya.
Ia mendoakan semoga semangat Pesparani II ini memotivasi semua umat sekalian agar berani bersuara tentang kebenaran, keadilan, kejujuran dan hak-hak asasi manusia serta keutuhan ciptaan alam ini. **

































