Persalinan Hidup Mencapai Enam Ribu Lebih, Mimika Mampu Kendalikan Angka KIA
Menghadapi kesulitan itu, Reynold mendorong setiap Kepala Puskesmas pesisir untuk membantu kepala kampung dan kepala distrik menyiapkan rumah sehat, penyediaan air bersih dan helipad yang dibangun oleh pemerintah kampung menggunakan dana desa. Ini bertujuan ketika terjadi sesuatu bersifat darurat mudah untuk dievakuasi.
Lebih jauh Reynold menjelaskan, dua konsep besar dalam pelayanan bidang kesehatan saat ini dan kedepan perlu adanya konektivitas dan jejaringan yang kuat menjadi hal yang sangat penting. Karena Mimika dalam pelayanan menghadapi tiga kondisi topografi yang berbeda, dataran rendah, dataran tinggi dan pesisir. Dengan tiga topografi yang berbeda ini mendorong lebih memahami karateristik masing-masing daerahnya. Menjawabi persoalan ini harus menyiapkan transportasi, listrik dan sistem komunikasi yang baik.
Mulai tahun 2026, setiap ibu hamil yang melahirkan secara normal tanpa indikasi komplikasi penyakit lain dapat mengakses persalinan di fasilitas kesehatan di mana saja di Mimika, tinggal mengklaim sesuai jaminan kesehatan yang dimiliki misalnya BPJS Kesehatan.
“Karena untuk BPJS Kesehatan sudah bisa diakses di semua Faskes terdekat. Hal ini berbeda dengan sebelumnya, bahwa orang yang memegang BPJS Kesehatan harus kembali kepada Faskesnya. Inilah yang membuat menyulitkan masyarakat persoalan administrasi. Filosofinya masyarakat Mimika yang mempunyai kartu identitas sudah harus bisa mengakses di mana saja pelayanan publik,” paparnya.
Konsep ini lanjutnya, sudah dimasukan dalam program tahun 2026 untuk diterapkan. Bahwa semua layanan publik harus terkoneksi, berjejaring dan inklusif seperti nasabah bank hanya dengan memegang kartu ATM dapat mengakses penarikan uang di bank mana saja.
Ia menegaskan pelayanan kesehatan dasar tidak boleh eksklusif tetapi bersifat terbuka agar lebih efisien, efektif dan murah. **

































