Persalinan Hidup Mencapai Enam Ribu Lebih, Mimika Mampu Kendalikan Angka KIA
Timika,papuaglobalnews.com – Persalinan hidup ibu dan anak di Kabupaten Mimika hingga Oktober 2025 menalami tren sangat positif mencapai enam ribu lebih dari 37 laporan yang diterima dari Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik. Ini menunjukan Mimika mampu kendalikan tingkat kematian ibu dan anak. Data ini sudah terlaporkan secara online kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Demikian disampaikan Reynold Rizal Ubra, Kepala Dinas Kesehatan Mimika kepada papuaglobalnews.com di Timika, Selasa 9 Desember 2025.
Ia mengakui faktor risiko Kematian Ibu dan Anak (KIA) hingga hari ini masih sama dengan 20 tahun lalu diantaranya, terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu dekat hamil dan tertalalu banyak hamil.
Ia mengakui tantangan terberat kesehatan saat ini bagaimana meningkatkan kesadaran dukungan kuat dari suami dalam mengakses informasi Kesehatan.
Reynold mengingat kembali salah satu peristiwa tahun 2011 mengenai kasus meninggalnya ibu dan anak di Ipaya hingga diberitakan di salah satu TV Nasional yang mengkritik pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan ini, Reynold mengakui pada Kamis lalu telah mengevaluasi secara keseluruhan sistem pelayanan kesehatan di Ipaya dari Januari hingga Desember 2025, dari 32 kehamilan dan persalinan semuanya hidup. Ini menunjukan terjadinya transformsi besar dalam sistem pelayanan kesehatan yang mendapat dukungan kuat dari kesadaran masyarakat, ketersediaan tenaga kesehatan dan sarana prasarana atau fasilitas kesehatan yang semakin baik. Selain itu, menunjukan sistem komunikasi yang dibangun antara keluarga dengan petugas kesehatan semakin baik, sistem rujukan Puskesmas dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjut berjalan bagus yang didukung dengan kesiapan sarana trasportasi.
Namun demikian, Reynold mengakui khusus di wilayah pesisir masih menghadapi suatu kendala belum adanya helipad untuk mengevakuasi pasien dan petugas menggunakan helicopter sama seperti Puskesmas di wilayah gunung.
Menghadapi kesulitan itu, Reynold mendorong setiap Kepala Puskesmas pesisir untuk membantu kepala kampung dan kepala distrik menyiapkan rumah sehat, penyediaan air bersih dan helipad yang dibangun oleh pemerintah kampung menggunakan dana desa. Ini bertujuan ketika terjadi sesuatu bersifat darurat mudah untuk dievakuasi.
Lebih jauh Reynold menjelaskan, dua konsep besar dalam pelayanan bidang kesehatan saat ini dan kedepan perlu adanya konektivitas dan jejaringan yang kuat menjadi hal yang sangat penting. Karena Mimika dalam pelayanan menghadapi tiga kondisi topografi yang berbeda, dataran rendah, dataran tinggi dan pesisir. Dengan tiga topografi yang berbeda ini mendorong lebih memahami karateristik masing-masing daerahnya. Menjawabi persoalan ini harus menyiapkan transportasi, listrik dan sistem komunikasi yang baik.
Mulai tahun 2026, setiap ibu hamil yang melahirkan secara normal tanpa indikasi komplikasi penyakit lain dapat mengakses persalinan di fasilitas kesehatan di mana saja di Mimika, tinggal mengklaim sesuai jaminan kesehatan yang dimiliki misalnya BPJS Kesehatan.
“Karena untuk BPJS Kesehatan sudah bisa diakses di semua Faskes terdekat. Hal ini berbeda dengan sebelumnya, bahwa orang yang memegang BPJS Kesehatan harus kembali kepada Faskesnya. Inilah yang membuat menyulitkan masyarakat persoalan administrasi. Filosofinya masyarakat Mimika yang mempunyai kartu identitas sudah harus bisa mengakses di mana saja pelayanan publik,” paparnya.
Konsep ini lanjutnya, sudah dimasukan dalam program tahun 2026 untuk diterapkan. Bahwa semua layanan publik harus terkoneksi, berjejaring dan inklusif seperti nasabah bank hanya dengan memegang kartu ATM dapat mengakses penarikan uang di bank mana saja.
Ia menegaskan pelayanan kesehatan dasar tidak boleh eksklusif tetapi bersifat terbuka agar lebih efisien, efektif dan murah. **

































