Perdana! Tujuh Distrik Pesisir di Mimika Meriahkan Festival Lomba Dayung Perahu Torpa Tradisional di PPI Pomako
Timika, papuaglobalnews.com – Untuk pertama kalinya, Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Mimika menggelar Festival Lomba Dayung Perahu Torpa Tradisional yang diikuti tujuh distrik pesisir selama tiga hari, mulai Sabtu hingga Senin, 22–24 November 2025.
Dalam lomba ini dengan jarak tempuh awalnya panitia menyiapkan 700 meter namun alasan cuaca dan arus panitia mengurangi menjadi 250 meter.
Festival yang dipusatkan di area Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Pomako ini disambut meriah oleh ratusan peserta dan warga, meski diguyur hujan sejak pagi. Antusiasme peserta tidak luntur; semangat mereka makin berkobar ketika perahu-perahu torpa melaju membelah air tenang di tengah suasana pesisir yang khas.
Festival ini dibuka Johanes Rettob, Bupati Mimika ditandai dengan melambaikan bendera strar disertai dua kali tembakan salvo ke udara oleh personil aparat keamanan.
John mengungkapkan festival lomba dayung tradisional dan seni budaya yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga ini menjadi tahun ujicoba sebagai dasar untuk diprogramkan tahun 2026 menjad festival gabungan secara serentak terdiri dari festival budaya nusantara, pentas seni budaya asli tradisoinal Amungme, Kamoro dan lomba dayung.
“Kita akan tetapkan menjadi ivent tetap. Pemerintah Kabupaten Mimika akan menentukan tanggal dan bulan pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang menjadi Ivent Kharisma Nusantara. Ini menjadi target kita,” jelas John setelah melepaskan tim festival lomba dayung perahu tradisional di PPI.
Ia memastikan program ini pemerintah sangat serius menjalankan pada tahun depan secara baik dalam menggali potensi warisan budaya asli orang Mimika.
Dalam festival ini dari sembilan distrik pesisir yang disosialisasi langsung oleh Disparbudpora, hanya tujuh yang mengirimkan peserta, yaitu: Distrik Mimika Barat (Kokonao), Distrik Mimika Tengah (Atuka), Distrik Mimika Timur (Mapurujaya), Distrik Amar, Distrik Mimika Timur Jauh, Distrik Jita dan Distrik Kapiraya.
Sementara Distrik Agimuga dan Potowayburu tidak mengirimkan peserta tanpa keterangan lebih lanjut.
Plt. Kepala Disparbudpora Mimika, Elizabeth Cenawatin, melalui Kepala Seksi Pendidikan Olahraga dan Sentra Olahraga Daniel Orun, menjelaskan penyelenggaraan festival ini bertujuan utama melestarikan perahu torpa—perahu kayu tradisional khas pesisir Mimika—yang kini mulai jarang digunakan oleh nelayan karena beralih ke perahu bermesin johnson.
“Terdapat dua jenis perahu yang digunakan masyarakat pesisir, yaitu torpa yang umum dipakai masyarakat Mimika Barat, dan perahu sendok yang digunakan masyarakat Mimika Timur. Di kegiatan perdana ini kami fokuskan pada torpa atau perahu duduk,” jelas Daniel.
Ia menambahkan bahwa pada tahun 2026, jika dukungan anggaran tersedia, Disporabud berencana menggelar perlombaan khusus perahu sendok agar semakin banyak tradisi lokal yang dilestarikan.
Setiap distrik mengirimkan sedikitnya 30 peserta, terdiri dari tiga regu dengan masing-masing regu bermuatan sepuluh pendayung. Dengan demikian, total peserta mencapai 210 orang menggunakan tiga perahu torpa yang berlaga secara bergantian.
Jalannya festival dibagi dalam tiga tahapan: Hari pertama babak penyisihan, Hari kedua Semifinal dan Hari ketiga final dan penutupan.
Pemenang lomba akan menerima hadiah dan uang pembinaan dari Disporabud Mimika.
Daniel berharap festival tradisional ini dapat memberi dampak jangka panjang, tidak hanya untuk melestarikan budaya maritim tetapi juga mengembangkan sektor pariwisata olahraga di Mimika.
“Lewat festival ini, kita berharap ke depan tamu-tamu dari luar Timika bisa datang untuk menyaksikan lomba dayung tradisional. Ini bisa meningkatkan perputaran ekonomi, terutama bagi pelaku usaha perhotelan, kuliner, hingga menambah PAD daerah,” ujarnya optimis.
Festival perdana ini menjadi momentum penting bagi masyarakat pesisir Mimika untuk menegaskan identitas dan warisan budaya mereka—sekaligus membuka peluang baru dalam pengembangan pariwisata berbasis tradisi lokal. **

































