Penemuan Emas di Kali Wakia Memicuh Konflik Perebutan Lokasi: Hubungan Kekeluargaan Antara Suku Mee dan Kamoro Telah Tercabik
4. Untuk membuka perusahaan besar eksploitasi Tambang Emas di dua lokasi yang sedang dibidik oleh Jakarta, yaitu di Blok Fajar Timur Papua A, dan Blok Fajar Timur Papua B yang berada di bagian gunung Kapiraya.
Solusinya adalah:
1. Kedua belah pihak (suku Mee dan Kamoro) harus duduk di para-para adat untuk berdamai.
2. Para pelaku harus ditangkap dan diproses hukum.
3. Kepala suku besar suku Mee dan suku Kamoro yang ada di Kapiraya segera bersepakat membuat tapal batas adat.
4. Suku-suku lain yang bergabung dengan suku Kamoro agar tahu diri bahwa dirinya bukan suku asli, tetapi suku pendatang, hanya numpang di Kampung Wakia dan sekitarnya hanya untuk menyambung hidup.
5. Negara Indonesia melalui kaki tangannya STOP bermain di belakang suku Kei, Kamoro dan suku lain yang bergabung bersama untuk serang suku Mee hanya untuk merebut hak ulayat suku Mee demi kepentingan tambang emas dan kayu.
6. Para pemimpin di Papua, baik pihak pemerintah, Adat dan Gereja untuk segera memediasi kedua belah pihak (suku Mee dan Kamoro) untuk berdamai dan menyepakati Tapal Batas Adat yang permanen.
7. Pemerintah Propinsi Papua Tengah juga segera mendorong Pemda Deiyai, Dogiyai dan Mimika untuk menyepakati Tapal Batas adminitrasi pemerintah Kabupaten Dogoyai, Deiyai dan Mimika.
8. Kedua belah pihak menahan diri dan menyelesaikan masalah hak ulayat ini di para para adat di antara kedua suku tetangga (Mee dan Kamoro).
9. Segala kerugian materi dan korban jiwa manusia harus dibicarakan di para para adat yang dimediasi oleh para pemimpin adat, Gereja dan Pemerintah untuk mengantisipasi korban berjatuhan.
10. Konflik antara Kampung Wakia dan Kampung Mogodagi ini hanya menguntungkan pihak musuh Indonesia, maka segera hentikan konflik. Hindari perang suku karena itu menguntungkan pihak musuh Indonesia yang sedang kuasai Tanah Air Papua dan merampas SDA sambil membantai orang asli Papua.
11. Kita orang Papua ini sedikit orang, mari kita bersatu untuk selamatkan etnis Papua yang tersisa dan selamatkan Tanah Air Papua.
12. Akhir kata: berdamai dan bersatu kita kuat; sebaliknya bermusuhan dan bercerai berai kita hancur.
“SATU RAKYAT, SATU JIWA, SATU KELUARGA, SATU BANGSA, SATU TANAH AIR PAPUA. Shalom. Jayapura: Rabu, 26 November 2025). (Isi tulisan tanggung jawab penulis).

































