Kehangatan di Lembah Rateseto Tomberabu Satu di Malam Syukuran Emas Pernikahan Hendrikus Bheti dan Regina Rara, Bersyukur untuk Bersaksi
Tomberabu,papuaglobalnews.com – HARI Jumat 26 Juni 2025 menjadi catatan sejarah penuh kenangan, suka cita tidak dilupakan bagi keluarga besar Embu Ndozu di Kampung Rateseto, Stasi Santa Hugolin Aefeo, Paroki Kristus Raja Wolotolo Keuskupan Agung Ende. Kampung Rateseto berada di Desa Tomberabu Satu, Kecamatan Ende Kabupaten Ende, Flores Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada momen ini di Lembah Rateseto suasananya berbeda dari biasanya. Dalam suasana kehangatan semua keluarga berkumpul memanjatkan doa dalam misa syukur emas pernikahan Hendrikus Bheti dan Regina Rara.
Kedua mempelai terkasih Hendrikus Bheti dan Regina Rara mengucapkan sumpah janji menjalani bahtera rumah tangga dalam pernikahan kudus pada 25 Mei 1975.
Pada perayaan emas ini Hendrikus Bheti berusia 80 tahun dan Regina Rara berusia 73 tahun. Meskipun diusia senja, rona wajah keduanya masih terpancar cahaya keceriaan. Sesekali om Hendrikus dan tanta Regina biasa disapa melepaskan senyum khas.
Perayaan 50 tahun pernikahan bukan soal angka. Namun di balik deretan angka 50 tahun menyimbolkan kekuatan cinta, ketulusan pelayanan kasih setia sebagai suami istri, suka cita yang dalam. Kekuatan cinta yang ditanamkan selama ini telah menjadi warisan penuh rahmat bagi anak-anak, keluarga serta inspirasi untuk semua orang beriman.
Perayaan misa syukur ditengah cuaca kurang bersahabat keluarga mengusung tema “Bersyukur untuk Bersaksi” dipimpin oleh RP. Honoratus Jonsi, SVD, pastor Kapelan Paroki Kristus Raja Wolotolo didampingi RP. Videlis Paskalis Klau, SVD.
RP. Videlis Paskalis Klau kini menjabat Kepala SMK Syuradikara Ende. Perayaan syukur baru pertama kali diadakan oleh masyarakat Desa Tomberabu Satu ini berlangsung meriah.
Misa syukur bertepatan dengan Hari Raya Hati Yesus Yang Maha Kudus dimeriahkan dengan lagu-lagu bernuansa suka cita yang dibawakan oleh koor Kelompok Umat Basis (KUB) Bangupau, Stasi Santa Hugolin Aefeo.
RP. Videlis dalam kata pengantar perayaan misa syukur menyampaikan, momen perayaan 50 tahun pernikahan ini bersamaan dengan hari raya liturgi yang besar dalam gereja Katolik yakni “Hati Yesus yang Maha Kudus”.
Bertepatan dengan suasana suka cita semua umat beriman diajak untuk merenungkan kasih Tuhan yang begitu luar biasa. Kasih Tuhan yang amat mendalam dan tidak terbatas yang diberikan kepada manusia. Walaupun manusia selama hidup banyak berbuat dosa, kesalahan dan kekeliruan tetapi kasih Tuhan senantiasa tetap melimpahkan pengumpunan.
“Pada hari ini kita semua hadir di tempat ini bersama bapak Hendrikus dan Mama Regina dan anak-anak beserta segenap anggota keluarga bersyukur atas rahmat pernikahan yang sudah berjalan 50 tahun,” jelas RP. Videlis.
Pada perayaan syukur itu, semua diajak untuk melihat kembali perjalanan hidup perkawinan kedua yubilaris terkasih. Semuanya berjalan sampai saat ini karena bukti kasih Tuhan. Karena kasih Tuhan itulah membuat hidup perkawinan kedua mempelai bertahan hingga saat ini.
Sementara RP. Honoratus dalam kotbahnya menyampaikan dalam misa ini merayakan dua perayaan besar sekaligus.
Pertama bersama gereja Katolik, umat merayakan Hari Raya Hati Yesus Yang Maha Kudus.
Kedua, perayaan emas pernikahan orang yang dikasihi Bapak Hendrikus Bheti dan Mama Regina Rara.
Ini merupakan sebuah perayaan syukur yang sangat luar biasa.
“Kalau kita merayakan perayaan syukur yang paling dominan rasa gembira dan suka cita,” tuturnya.
RP. Ono demikian biasa ia disapa oleh umat menyampaikan sebagai manusia kadang banyak bersyukur, dengan jenis atau levelnya masing-masing. Ada mengucapkan syukur dari hal kecil sembuh dari sakit flu berkepanjangan, batuk pilek dan bersyukur hasil panennya baik. Semua itu disambut dengan rasa senang, gembira dan suka cita.
“Pada hari ini semua berkumpul untuk menyampaikan rasa syukur atas usia pernikahan 50 tahun,” katanya.
RP. Ono dengan nada guyon menyampaikan pada perayaan 50 tahun ini namun wajah kedua yubilaris seperti masih usia 25 tahun. Semua umat yang mendengar disambut dengan tertawa suka cita.
Dengan rahmat suka cita ini, RP. Ono mengajak semua keluarga yang hadir harus bisa berdamai, bergembira dengan kondisi alam yang kurang bersahabat. Hujan juga bagian dari berkat dan rahmat dari Tuhan.
RP. Ono mengungkapkan bagi keluarga atau siapa saja yang mengenal kedua mempelai akan bertanya apa yang membuat kedua mampu bertahan dalam hidup perkawinan hingga usia emas.
Keduanya bukan sekadar bertahan sehingga masih terlihat awet muda. Baginya, sangat jarang melihat yubilaris merayakan usia emas datang tanpa tongkat atau kursi roda dengan usia sudah sepuh. Semuanya masih dalam kondisi sehat dan kuat. Ini semua sangat berbeda dengan pada umumnya diusia senja sudah berjalan dengan tongkat atau duduk manis diatas kursi roda.
Menurutnya kunci keduanya meskipun sudah usia 50 tahun pernikahan namun masih terlihat baru berusia perak karena memiliki dasar yang kuat yakni kasih.
Ini sesuai bacaan Pertama Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose berbicara tentang kasih. Karena dengan mengenakan kasih dapat menyatukan dan mengikat.
Pada bacaan kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma juga berbicara tentang kasih yang dimulai dengan kasih Allah yang telah dicurahkan kedalam hati kita oleh Roh Kudus. Begitu pula dalam Bacaan Injil berbicara tentang Kasih Allah. Allah yang Maharahim, yang setia mencari yang hilang.
Ia rela meninggalkan ke 99 ekor domba di padang dan mencari satu yang tersesat sampai ditemukan kembali. Setelah ditemukan Ia akan memanggil yang lain atau tetangga untuk merayakan kegembiraan itu. Ini bukti kasih Allah yang dicurahkan kepada manusia.
Dikatakan, kasih Allah itu sama halnya peduli, rela berkorban dan semua hal yang baik sebagai dasar hidup perkawinan kedua yubilaris.
Perkawinan dalam Gereja Katolik adalah kebersamaan hidup hingga akhir hayat. Antara seorang pria dan wanita atas dasar kasih. Kasih yang mempertemukan keduanya, kasih yang menyatukan dan kasih yang mengikat sampai kekal dan hanya maut yang bisa memisahkan.
Tujuan perkawinan untuk kesejahteraan pasangan suami istri dan kelahiran anak sebagai penerus.
Dalam pernikahan ini dari rahim mama Regina Rara lahir empat buah cinta mereka. Anak pertama bernama Emilia (+), Sr. Vernanda, Siprianus dan Afi.
Seorang putri dipersembahkan untuk Tuhan dan ketiganya dipersembahkan untuk Tuhan dan masyarakat melalui hidup berkeluarga.
Usai perayaan misa dilanjutkan dengan resepsi dan menari bersama. Suasana hati yang damai serta kentalnya kekeluargaan sangat terasa. Selamat berbahagia dan menjalani masa usia senja dengan suka cita om Hendrikus dan Mama Regina. **