Timika,papuaglobalnews.com – Pemerintah secara Nasional sangat konsen melakukan upaya swasembada pangan untuk memenuhi tersedianya kebutuhan pangan masyarakat.

Sebagai bentuk dukungan ketersediaan pangan keluarga, Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Mimika Papua Tengah pada tahun 2025 membina 60 Kepala Keluarga (KK) kategori stunting dan miskin. Karena keterbatasan anggaran jumlah ini berkurang dari tahun 2024  sebanyak 91 KK.

Demikian disampaikan Yulius Koga, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Mimika kepada papuaglobalnews.com di ruang kerjanya, Rabu 11 Juni 2025.

”MTQ

Yulius mengungkapkan program unggulan Dinas Ketahanan Pangan Mimika ini  sangat menyentuh langsung kebutuhan hidup masyarakat. Pemberian bantuan ketahanan pangan ini sasarannya untuk semua masyarakat Mimika yang memenuhi kriteria kategori stunting dan miskin.

Mantan Kepala Distrik Agimuga ini mengungkapkan sumber data warga yang masuk kategori stunting dan miskin diperoleh dari Dinas Kesehatan melalui Puskesmas di setiap wilayah kelurahan dan kampung di wilayah kota dan pinggiran.

Data-data yang diterima dari puskesmas selanjutnya  dicocokan kembali dengan data yang ada di kelurahan dan kampung untuk memastikan kebenaran nama warga yang masuk kategori stunting dan miskin.

“Jadi yang benar-benar dinyatakan stunting dan miskin itulah yang kami bina. Kami menyiapkan tanaman bibit sayuran, bumbu-bumbu dapur (lombok, tomat) dalam bentuk pot dan kami bangun tempat tanamnya seperti para-para di pekarangan warga yang menerima bantuan,” jelasnya.

Dikatakan, tanamban bibit sayuran, bumbu dapur dalam pot itu disusun melingkar dan bagian tengahnya diletakan viber kolam lele berkapasitas 400-500 ekor.

Ia menegaskan pemberian bantuan tanaman dan bibit lele mewujudkan ketanahan pangan keluarga untuk KK baik yang tinggal di kontrakan maupun di rumah sendiri.

“Yang terpenting rumah yang kami bantu memiliki pekarangan,” katanya.

Ia mengemukakan Program bantuan dan pendampingan ini diberikan kepada warga  Pomako hingga Jayanti.

Yulius mengakui program ini sangat mendapat antusias dari warga.

“Mereka yang terima tahun lalu ada telepon minta supaya diberikan bantuan lagi. Tapi karena anggaran terbatas kita bilang kami harus bantu yang lain. Kami baru bisa bantu lagi mereka, tapi kami harus turun survey dulu,” katanya.

Menjalankan program ini, Dinas Ketahanan Pangan mempunyai tenaga pendamping yang bertugas mendampingi warga selama delapan bulan hingga panen. Setelah berhasil panen tahap awal, selanjutnya warga tersebut tinggal meneruskan budidaya seperti contoh awal yang dilatih.

Dikatakan, lele yang dipanen di setiap warga binaan ini dibeli kembali oleh Dinas Ketahanan Pangan sesuai harga pasar. Lele tersebut dijual di Toko Tani Dinas Ketahanan Pangan di Jalan Poros SP2-SP5 dengan harga Rp30 ribu perkilo.

Namun terkait dengan bantuan ini, Yulius sangat kecewa dengan warga di Kelurahan Inauga dan Kelurahan Kamoro Jaya SP1 yang menjual viber kolam lele kepada orang lain. Padahal, kolam viber ini sangat kuat mampu bertahan 4 sampai 5 tahun untuk mengembangkan budidaya lele dalam membantu ketersediaan pangan dan ekonomi keluarga. **