Damiana Koga, Perajut Noken Khas Papua Setia Menunggu Datangnya Rejeki di Tepi Jalan Budi Utomo Timika
Tas noken ukuran kecil maupun besar dari serat kayu atau benang dijualnya Rp100 ribu dan noken kulit anggrek dijualnya Rp1,5 juta.
Ia menuturkan dalam sehari noken yang laku dijual tidak menentu, tergantung nasib dan rejeki yang diberikan Tuhan.
“Saya tidak ada catatan pengeluaran dan pemasukan. Karena barang yang saya jual adalah milik sendiri. Beda dengan pedagang lain harus ada catatan pemasukan dan pengeluaran harian dan bulanan,” tuturnya.
Meskipun demikian, ia mengakui ada pegawai dari Pemerintah Kabupaten Mimika yang datang meminta supaya ada catatan pemasukan dan pengeluaran. Tujuannya supaya bisa mengetahui berapa keuntingan dalam sebulan.
Mama Damiana mulai memajang tas noken rajutannya mulai pukul 8.00 sampai 18.00 WIT.
Ia mengakui pada tahun 2024, Pemerintah Provinsi Papua Tengah sudah datang mendata mama-mama penjual noken termasuk dirinya. Pada tahun yang sama, dirinya bersama penjual noken lainnya mendapat bantuan dana stimulus dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mimika masing-masing sebesar Rp6 juta.
Wanita yang tinggal di Gorong-gorong Kelurahan Koperapoka ini mengungkapkan, hasil jualan noken selain untuk membiayai anak sekolah juga memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Setiap hari, ia berangkat dari rumahnya di Gorong-gorong menuju tempat jualan di Jalan Budi Utomo pulang pergi merogok kocek Rp20 ribu.
Noken atau Minya merupakan tas tradisional masyarakat Papua Pegunungan yang dibawa menggunakan kepala. Tas ini terbuat dari serat kulit kayu khusus. Fungsi untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Noken terbuat dari anyaman tali.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga mengisi barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala, noken didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia.
Pada 4 Desember 2012, noken khas masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO. **