Damiana Koga, Perajut Noken Khas Papua Setia Menunggu Datangnya Rejeki di Tepi Jalan Budi Utomo Timika
Timika, Papuaglobalnews.com – Udara Kota Timika Kabupaten Mimika Papua Tengah pada Sabtu 4 Januari 2025 sangat cerah. Meskipun kondisi cuaca panas dan cerah namun aktivitas masyarakat pasca Natal 25 Desember 2024 dan Tahun Baru 2025 masih terasa sepi dari biasanya.
Ini dikarenakan masih banyak warga Timika yang pulang kampung dan belum kembali. Warga yang berangkat liburan maupun kembali dari kampung halaman bisa menggunakan jasa transportasi laut dan udara. Menumpang kapal laut di Pelabuhan Pomako, Distrik Mimika Timur. Sedangkan transportasi udara, dengan menumpang pesawat di Bandara Internasional Mozes Kilangin Sisi Selatan di Kelurahan Kwamki Baru Jalan C Heatubun.
Namun di tengah hiruk pikuknya Kota Timika yang dijuluki kota dolar ini, seorang mama bernama Damiana Koga yang tengah berjuang menanti datangnya rejeki.
Sambil duduk santai di atas balai-balai seadanya dibawah atap rimbunan pepohonan di tepi Jalan Budi Utomo, Damiana Koga menyambut kedatangan papuaglobalnews.com dengan hangat dari jejeran tas noken yang digantung di paku pada palang kayu lima-lima.
Noken yang dipajang beragam ukuran, warna dengan dua jenis bahan. Pertama dari bahan lokal dari kulit kayu genemo dan benang polycherry.
Damiana Koga menuturkan, untuk mendapatkan bahan baku kulit kayu genemo diambil dari hutan yang jaraknya cukup jauh. Setelah memisahkan dari batangnya kemudian mengupas kulit luarnya baru dijemur. Setelah kering selanjutnya memintal secara manual. Setelah semua siap baru dirajut sesuai ukuran.
Wanita asal Kabupaten Dogiai, Papua Tengah ini kedua tangannya terlihat begitu lincah memainkan batang hag dalam merajut.
Sambil merajut, ia menuturkan sudah lama hampir 10 tahun lebih menjual noken di tepi Jalan Budi Utomo. Ia duduk menghadap ke mata jalan menunggu datangnya pembeli kedua tangannya tidak diam. Sesekali matanya menatap ke arah jalan dari balik cela-cela gantungan noken, setiap saat kendaraan berhenti.
Ia menceritakan menganyam noken sudah dilakoninya sejak kecil. Noken merupakan warisan leluhur dan budaya Papua. Hanya dengan terus merajut noken dilestarikan. Karena tas noken berfungsi sebagai tempat untuk mengisi manusia dan barang bawaan.
Dalam sehari, ia mampu menghasilkan satu tas noken serat kayu atau dari bahan benang baik ukuran kecil maupun besar.
Untuk menghasilkan satu tas noken kecil bahan benang, ia membutuhkan setengah gulungan benang dan ukuran besar menghabiskan satu setengah gulungan.
Satu gulungan benang polycherry, ia beli seharga Rp20 ribu.
Tas noken ukuran kecil maupun besar dari serat kayu atau benang dijualnya Rp100 ribu dan noken kulit anggrek dijualnya Rp1,5 juta.
Ia menuturkan dalam sehari noken yang laku dijual tidak menentu, tergantung nasib dan rejeki yang diberikan Tuhan.
“Saya tidak ada catatan pengeluaran dan pemasukan. Karena barang yang saya jual adalah milik sendiri. Beda dengan pedagang lain harus ada catatan pemasukan dan pengeluaran harian dan bulanan,” tuturnya.
Meskipun demikian, ia mengakui ada pegawai dari Pemerintah Kabupaten Mimika yang datang meminta supaya ada catatan pemasukan dan pengeluaran. Tujuannya supaya bisa mengetahui berapa keuntingan dalam sebulan.
Mama Damiana mulai memajang tas noken rajutannya mulai pukul 8.00 sampai 18.00 WIT.
Ia mengakui pada tahun 2024, Pemerintah Provinsi Papua Tengah sudah datang mendata mama-mama penjual noken termasuk dirinya. Pada tahun yang sama, dirinya bersama penjual noken lainnya mendapat bantuan dana stimulus dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mimika masing-masing sebesar Rp6 juta.
Wanita yang tinggal di Gorong-gorong Kelurahan Koperapoka ini mengungkapkan, hasil jualan noken selain untuk membiayai anak sekolah juga memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Setiap hari, ia berangkat dari rumahnya di Gorong-gorong menuju tempat jualan di Jalan Budi Utomo pulang pergi merogok kocek Rp20 ribu.
Noken atau Minya merupakan tas tradisional masyarakat Papua Pegunungan yang dibawa menggunakan kepala. Tas ini terbuat dari serat kulit kayu khusus. Fungsi untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Noken terbuat dari anyaman tali.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga mengisi barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala, noken didaftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia.
Pada 4 Desember 2012, noken khas masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO. **