Bagian Terakhir: Memaknai Yubileum 150 Tahun Konggregasi SVD
Rumah-rumah SVD menghadirkan persahabatan penuh kasih. Kami membangun komitmen dan harapan untuk membawa kasih Allah. Saya bersyukur pernah hidup berkomunitas di rumah-rumah SVD. Saya belajar kerja mandiri. Saya belajar tradisi-tradisi religius dan intelektual. Saya belajar persahabatan lintas budaya dan komunitas internasional ala SVD. Semuanya bisa jadi bekal perutusan baru nanti. Kami saling mengingatkan: “Kita tetap saling kontak, rawat relasi, kepercayaan dan persaudaraan melalui doa dan sapaan hangat. Tak lupa membagi refleksi hidup rohani dan tulisan-tulisan bernas. Baik dari rumah-rumah SVD Eropa maupun dari Flores dan tanah air”.
Keempat, saya mengunjungi makam Santo Arnoldus Janssen. Saya merenungkan dan menimba kharisma Santo Arnoldus. Saya ingat kata-kata yang terpahat di atas peti tembaganya: “PATER DUX ET FUNDATOR atau BAPAK PEMIMPIN DAN PENDIRI. Arnoldus adalah bapak, pemimpin dan pendiri. Ia terbuka kepada kehendak Illahi. Ia fundator gerakan global dari kampung sunyi Steyl. Saya selalu berterima kasih padanya.
Saya berlutut dan berdoa di depan peti Santo Arnoldus. Ia sudah menjadi orang kudus. Saya menghormati teladan hidupnya. Saya percaya Santo Arnoldus akan menyampaikan doa-doa saya kepada Tuhan. Saya ingin menimba energi baru. Agar setia menjalani perutusan selanjutnya. Karya misi selalu penuh tantangan, penolakan bahkan korban jiwa. Saya berdoa agar panggilan baru terus bertumbuh. Dan semakin banyak generasi muda yang melihat panggilan sebagai anugerah yang indah dari Tuhan.
Kelima, saya mengunjungi makam para misionaris dan penjasa. Baik misionaris Eropa yang pernah bekerja di Flores NTT, maupun misionaris NTT yang bekerja, meninggal dan dimakamkan di sana. Saya mengunjungi tiga pemakaman misionaris di Sankt Agustin, Steyl dan Teteringen.
Di Sankt Agustin saya menyapa P. Yosef Sievers dan P. Yoakim Piepke. P. Sievers berjasa mengurus dokumen saya ke Sankt Agustin. P. Piepke adalah mantan Rektor Seminari Tinggi Filsafat dan Theologi Sankt Agustin. Ia yang mengundang saya untuk mengikuti kursus bahasa Jerman di Sankt Agustin. Tanpa Piepke saya tidak bisa bekerja sebagai Misionaris Fidei Donum.
Saya juga mengunjungi makam dua adik misionaris dari NTT. Keduanya adalah P. Kalis Teli Lolan asal Solor dan P. Agustinus Anunut dari Timor. Saat berada di pemakaman Sankt Agustin saya katakan: “Kamu selalu hidup dalam kenangan orang-orang yang kamu kasihi. Kamu tidak mati. Hanya orang-orang terlupakan yang mati. Dan hanya jarak yang membuat kita jauh”.
Saya juga mengunjungi pemakaman SVD di Steyl. Banyak tokoh penting yang pernah berkarya di NTT. Ada Mgr. Petrus Noyen, mantan Prefek Apostolik Kepulauan Sunda Kecil(1913-1921) dan Mgr. Hendrikus Leven, mantan Vikaris Apostolik Kepulauan Sunda Kecil(1933-1950). Ada mantan dosen STFK Ledalero dan Superior General SVD, P. Heinrich Heekeren dan mantan pastor paroki Wolowaru(1970-1975), P. Paul Krings.
Kepada mereka saya lantunkan kata-kata Santo Agustinus: “Bapak-bapak terkasih, kebangkitan adalah iman kita, reuni harapan kita, kenangan kasih kita. Dari tangan Tuhan kita menerima hidup, dibawah tangan Tuhan kita membentuk hidup, ke dalam tangan Tuhan kita mengembalikan hidup”.
Terakhir saya mengunjungi kuburan SVD di Teteringen. Mayoritas mantan misionaris Flores NTT dimakamkan di sana. Ada mantan sahabat ayahku: P. Cornelius Does(Pustardos), P. Anton Donkers dan P. Piet Crouzen. Juga para mantan Rektor Seminari Mataloko dan misionaris di Ngada: P. Stiphout, P. Jan Ebben, P. Jan Bott, P. Van der Heidjen, P. Bader, P. Alex Aarts dan Anton Aarts. Ada mantan misionaris Manggarai, P. Jilis Verheijen, pendiri Seminari Kisol P. Leo Perik. Tak lupa mantan misionaris Sikka: P. Hermann Bolscher, P. Hermus, P. Richard Neuwandjik dan dosen Ledalero P. Adrian Vlooswijk.
Di pemakaman Teteringen saya mengucapkan kata-kata penulis Skotlandia, Thomas Carlyle(1795-1881): “Bapak-bapak terkasih. Kamu semua orang baik dan mulia yang pernah hidup bersama di tanah air kami. Kamu tidak dapat dipisahkan dari kami. Kamu meninggalkan jejak yang cemerlang seperti bintang-bintang, yang bayangannya masih dilihat oleh anak cucu kami selama berabad-abad.”
Proficiat atas perayaan yubileum 150 tahun kelahiran SVD. Terima kasih atas jasa baikmu. Saya bersyukur atas kehadiranmu. Rasa syukur menghantar kita memahami masa lalu. Rasa syukur membawa kedamaian untuk hari ini. Rasa syukur menciptakan visi untuk hari depan.
Saya hanya bisa berbagi melalui tulisan sederhana. Saya termotivasi kata-kata tokoh politik dan penulis Amerika Serikat(1705-1790): “Jika kita tidak akan dilupakan begitu kita mati, tulislah sesuatu yang layak dibaca dan lakukan sesuatu yang layak ditulis”. ** Kirchgasse 4, 5074 Eiken AG
Jumat, 24 Oktober 2025

































