Mimika Jawara Paduan Suara Wanita Pesparani II Papua Tengah
Timika,papuaglobalnews.com – Mimika berhasil meraih juara satu dalam lomba Paduan Suara Wanita (PSW) Pesparani II Papua Tengah yang berlangsung di GOR Futsal Jalan Poros SP5, Rabu malam 3 Desember 2025. Bedasarkan penilaian lima dewan juri peserta dengan nomor undian 04 ini memperoleh nilai tertinggi dengan skor 80.71. Dalam lomba ini empat peserta menyanyikan lagu wajib ‘Salutaris Hostia’ dengan nada dasar Do=Bes. Mimika mengenakan busana kuning coklat menyanyikan lagu pilihan ‘Dikaulah Tuhan Jadilah Impianku’ mengambil nada dasar Do=F dengan konductor Ezekiel M. Soru.
Runner up diraih oleh Nabire dengan perolehan nilai 79,20. Utusan kabupaten berjulukan ‘kota jeruk’ sebagai ibukota Papua Tengah bernomor undian 02 menampilkan lagu pilihan ‘Orang Sakit Lumpuh’ mengambil nada dasar Do=D. Tim dengan konductor Diana Erawati mengenakan busana biru bergambar Cenderawasih.
Juara tiga dengan nilai 77,75 diraih oleh Kabupaten Dogiyai. Peserta bernomor urut 03 dari kabupaten berjulukan ‘Dogiyai Bahagia’ yang kini dinahkodai oleh Bupati Yudas Tebai membawakan lagu pilihan ‘Pergilah Cepat-cepat’ dengan nada dasar Do=G. Tim dengan konductor Yulinda Narahawarin mengenakan kostum berwarna merah bermotif khas Papua.
Juara empat diraih oleh Kabupaten Deiyai yang menyanyikan lagu pilihan ‘Mari Kita Menghadap Altar Tuhan’ mengambil nada dasar Do=F. Tim kebanggaan dengan nomor undian 01 yang dikonductor oleh Sisilia Tekege meraih nilai 76.03 dan mengenakan kostum hijau bermotif khas Papua.
Lomba tersebut menghadirkan lima dewan juri nasional yang diketui oleh Emanuel Riyo Maharsanto dan beranggotakan RP. Hary Singkoh, MSC, Budi Susanto Yohanes, Dominikus Catur Raharja dan Agustinus Bambang Jusana.
Hary Singkoh, MSC, memuji empat peserta lomba sudah menampilkan sangat bagus. Namun ia mengevaluasi dalam bernyanyi peserta kurang memperhatikan dinamika piano terutama nada halus kasar terhadap kata-kata sehingga kurang dimunculkan.
Ia menyarankan untuk penampilan diwaktu yang akan datang dalam bernyanyi harus lebih hidup dengan memunculkan dinamika.
Budi Susanto Yohanes, dalam evaluasinya lebih menekankan pada ‘pembawaan’. Pembawaan paling pertama yang diperhatikan saat masuk ke atas panggung. Ia melihat para peserta saat naik di atas panggung sudah lebih dahulu grogi atau nervous, akibatnya tanpa sadar saat bernyanyi mempengaruhi intonasi yang tidak stabil.

































