Kemenkes Gantikan Sementara Obat Malaria DPH-Primal dengan D-Artepp Dispersible
Timika,papuaglobalnews.com – Reynold Rizal Ubra, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Papua Tengah mengungkapkan persediaan obat malaria DHP-Frimal di setiap Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Mimika sudah habis sejak Maret 2025. Namun sebagai pengganti sementara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyiapkan obat malaria D-Artepp Dispersible berwarna putih.
Berdasarkan hasil pertemuan di Merauke beberapa waktu lalu persediaan obat D-arteep Dispersible sebagai pengganti obat biru akan habis terpakai pada Juni 2025 mendatang.
Terkait ketiadaan obat biru itu, saat ini Reynold sementara berada di Kementerian Kesehatan untuk membahas ketersediaan obat biru untuk Kabupaten Mimika bersama Ketua Tim Kerja Kesehatan Malaria Kemenkes.
Pada rapat koordinasi, Reynold menyampaikan penawaran apakah dari daerah diperbolehkan membeli obat biru sebagai persediaan diluar dari bantuan Kemenkes agar tidak terjadi kekosongan. Hal ini perlu disampaikan mengingat setiap kebijakan dan program berhubungan dengan eliminasi malaria bersumber dengan Kemenkes.
Kepada masyarakat Mimika, Reynold mengingatkan jangan takut, karena solusinya pemerintah telah menyediakan obat penggantinya meskipun dalam penggunaannya yang diberikan kepada pasien jumlah tabletnya lebih banyak dari biasanya disesuaikan dengan berat badan.
Reynold menyampaikan, berdasarkan koordinasi dengan Tim Kerja Kesehatan Malaria Kemenkes belum diketahui secara pasti obat biru tersebut ada, karena Tim Kerja Kesehatan Malaria harus menunggu informasi terkait proses pengadaannya melalui
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Direktorat Farmankes).
Ia menyebutkan berdasarkan perhitungan Dinas Kesehatan Mimika sejak tahun 2021, 2022 dan 2023 kebutuhan obat malaria dalam sehatun termasuk overstok mencapai rata-rata dua juta tablet.
“Sebenarnya yang menjadi super cepat dalam menuntaskan malaria dari ketersediaan obat, karena setiap hari petugas selalu melakukan pemeriksaan mengambil sample darah malaria berjalan terus. Kalau untuk alat tes di Timika sudah tidak menjadi masalah,” katanya.
Dikatakan, pada tahun 2025 ini Dinkes menargetkan dua juta pemeriksaan tes darah malaria terhadap setiap pendudukan baik yang mempunyai gejala maupun belum bergejala.
Tingginya target pemeriksaan malaria, ia beralasan 70 persen penduduk di Mimika yang kena malaria tanpa gejala.
“Petugas kami buka layanan pemeriksaan sedini mungkin. Jika diketahui ada gejala langsung diobati lebih awal untuk memutus rantai penularan baru kepada orang lain melalui nyamuk,” katanya. **