Timika,papuaglobalnews.com – Anak dan remaja utusan dedominasi Gereja dan Masjid di Kabupaten Mimika Papua Tengah dibekali pengetahuan tentang dampak negatif penggunaan obat-obatan (Psikotropika), baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Sosialisasi yang digagas Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Mimika itu berlangsung di Gedung Sekolah Minggu GKI Diaspora SP2 selama dua hari. Hari pertama, Kamis 25 September 2025 khusus anak dan remaja utusan Masjid dengan peserta 60 orang. Hari kedua, Jumat 26 September 2025 diikuti 60 peserta dari dedominasi gereja.

Ruslan Awumbas, Plt. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Mimika sebagai narasumber mengingatkan kepada peserta supaya menghindari pergaulan bebas dan penggunaan Narkotika yang dapat merusak kesehatan mental maupun fisik. Orang  dalam kondisi sudah ketergantungan akan malam bekerja hingga bertindak melukai dirinya sendiri.

”SADAR

Ia meminta kepada masyarakat yang mengetahui beredarnya obat-obatan di apotek tanpa resep dokter segera melaporkan ke BNN untuk berkolaborasi dengan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk dilakukan pengawasan.

Dalam memberantas peredaran narkoba menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak bukan hanya BNN, kepolisian atau pemerintah.

Dikatakan, ujung tombak mengendalikan narkoba membutuhkan kolaborasi dengan masyarakat dalam memberikan informasi. Dengan dasar informasi ini pemerintah bersama BNN dan aparat penegak hukum (APH) dapat memberikan tindakan.

“Sekarang negara luar yang sudah maju menjajah kita negara berkembangan dengan narkoba bukan lagi perang senjata. Makin banyak yang menggunakan kesehatan mental dan fisiknya akan rusak,” jelas Ruslan.

Ruslan menjelaskan penggunaan narkoba golongan II diperboleh hanya untuk kepentingan khusus misalnya dunia medis.

Peredaran Nakoba saat ini dengan pola rekreasional. Dalam suasana senang-senang bersama teman-teman dalam sebuah kelompok menjadi salah satu pintu  masuk. Jika ada yang menggunakan biasanya akan ditawari kepada teman-temannya.

“Biasanya orang yang beru pertama kali  ketika ditawari secara gratis pasti mau coba. Awalnyanya memang belum terasa efeknya. Namun karena adanya keinginan mencoba lagi alasan mendapat secara gratis dari teman mendorongnya untuk memakai. Dan selanjutnya dari coba-coba menjadi pemakai yang mengarah pada ketagihan untuk terus menggunakan,” jelasnya.